Beranda Berita Sepeda Jadi Pelipur Lara di Tengah Kobaran Perang di Kongo

Sepeda Jadi Pelipur Lara di Tengah Kobaran Perang di Kongo

4
0

Di tengah berkecamuknya perang di wilayah timur Republik Demokratik Kongo, seorang pesepeda tak henti berlatih berkat bantuan dari sebuah organisasi nirlaba.

Konflik meletus di kota Goma bulan lalu setelah kelompok pemberontak M23 menguasai wilayah tersebut, memaksa lebih dari 178.000 orang mengungsi. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut krisis ini sebagai "situasi kemanusiaan yang mengerikan" karena kekerasan terus meningkat. BBC melaporkan bahwa 700 orang di kota tersebut tewas dan sekitar 3.000 lainnya terluka. Pada hari Selasa, gencatan senjata sepihak diumumkan oleh M23 dan kelompok pemberontak lainnya.

Demi alasan keamanan, Cycling Weekly tak bisa menyebutkan identitas pesepeda dan klubnya. Namun, rekaman video yang dibagikan kepada CW menunjukkan dia berlatih dengan setup indoor Zwift dan menggunakan monitor detak jantung Wahoo, yang disediakan oleh Team Africa Rising.

Bekerja sama dengan Zwift dan Wahoo, organisasi tersebut telah memasok peralatan pelatihan kepada pengendara sepeda di seluruh Afrika. Peralatan yang diterima oleh pesepeda anonim di Goma memungkinkan dia terus berlatih sementara kekerasan berkecamuk di luar rumahnya.

"Lima hari terakhir sangat mengerikan karena perang," kata pesepeda tersebut kepada Cycling Weekly. "Paman dan putranya terbunuh dan toko ibu saya dijarah. Saya belum bisa mengendarai sepeda saya dan masih belum aman untuk berkendara di luar. Ada banyak tembakan di dekat rumah saya."

"Tapi setidaknya dengan perlengkapan Zwift dan Wahoo saya yang disediakan oleh Team Africa Rising, saya bisa berlatih terlepas dari semuanya."

Jeremy Ford dari Team Africa Rising mengatakan kepada Cycling Weekly bahwa kemampuan untuk terus berlatih memberi pesepeda tersebut rasa normal di tengah kekacauan perang.

"Kami telah mengenal beberapa pesepeda di Goma dan sekitarnya selama beberapa tahun," katanya. "Kami baru-baru ini mengatur, melalui kemitraan aktivasi Afrika kami dengan Zwift, untuk memasukkan beberapa lusin pengendara di Goma ke platform Zwift, dan kemudian menyediakan mereka banyak monitor detak jantung TRACKR baru dari teman-teman kami di Wahoo.

"Terlepas dari konflik, sungguh luar biasa melihat para pembalap berkomitmen pada program latihan dan balap online mereka. Ini benar-benar contoh nyata dari ketahanan yang bisa dipelajari semua orang."

Goma terletak di perbatasan antara Kongo dan Rwanda. Badan pengatur balap sepeda, UCI, baru-baru ini menyatakan tidak ada rencana untuk mengubah lokasi Kejuaraan Dunia Balap Sepeda Jalan yang dijadwalkan di ibu kota Rwanda, Kigali, pada bulan September meskipun terjadi kekerasan yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

"Konflik yang sedang berlangsung terbatas di DRC, dan Rwanda tetap sepenuhnya aman untuk pariwisata dan bisnis," kata UCI. "Kami berharap situasi ini dapat diselesaikan dengan cepat dan damai. UCI ingin menekankan bahwa olahraga, dan khususnya balap sepeda, adalah duta yang kuat untuk perdamaian, persahabatan, dan solidaritas."

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini