Christoph Strasser, atlet ultra-distance asal Austria, baru saja menorehkan sejarah dengan menjadi juara pertama Transcontinental Race (TCR) 2023. Meski begitu, kemenangan tersebut harus ia raih melalui perjuangan yang tak mudah.
Berjarak hanya beberapa jam dari kemenangan, Strasser mengalami serangkaian rintangan. Lampu sepedanya padam, ia mengalami kebocoran ban, dan bahkan kehilangan pelacak GPS yang sangat penting. Pertarungan sengit melawan waktu dan jarak pun semakin berat.
"Itu benar-benar bencana," kata Strasser. "Saya mengalami kecelakaan kecil di bagian kerikil dan kehilangan pelacak… Mencarinya di tengah malam, saya berjalan di hutan selama hampir satu jam. Kemudian saya harus memperbaiki ban yang kempes tanpa lampu."
Namun, Strasser tak menyerah. Meski dilanda kekesalan, ia terus memacu sepeda menuju garis finis di kota pelabuhan Thessaloniki, Yunani. Di sana, ia masih harus menghadapi tanjakan dan turunan curam di kawasan pusat kota bersejarah.
"Saya benar-benar kesal saat mencapai garis finis," aku Strasser. "Tapi bagaimanapun juga, saya berhasil menyelesaikan perjalanan ini sebagai yang pertama."
Perjalanan Strasser dimulai dari Geraardsbergen, Belgia, dan berakhir di Istanbul, Turki. Para peserta TCR memiliki kebebasan untuk memilih rute mereka sendiri, dengan beberapa pengecualian pada bagian tertentu yang harus diikuti.
Selain Strasser, petualang Polandia bernama Mark Kowalski juga turut berpartisipasi dalam TCR 2023. Meski sempat mengalami masalah pada ban dan pompa, Kowalski berhasil menyelesaikan perjalanan sejauh 4.000 kilometer dalam 32 hari.
"Saya seperti berada di awang-awang saat menuju garis finis," kata Kowalski. "Tidak ada seorang pun yang dapat menghentikan saya."
TCR menjadi ajang penting bagi para pecinta olahraga bersepeda jarak jauh. Para peserta dituntut untuk mengandalkan diri sendiri dan siap menghadapi berbagai tantangan. Berbeda dengan balap jalan raya tradisional, TCR lebih mengutamakan aspek pengalaman dan ketahanan fisik.
Selain aspek balap, TCR juga memberikan perhatian terhadap lingkungan. Tahun ini, panitia memperkenalkan Green Leaderboard bagi peserta yang memilih bepergian secara ramah lingkungan dengan menghindari penggunaan pesawat terbang. Ini membuktikan bahwa olahraga dan kepedulian terhadap bumi dapat berjalan beriringan.