Giro d’Italia masih menjadi milik Tadej Pogačar. Sang juara bertahan kokoh di puncak klasemen, unggul 2 menit 40 detik dari pesaing terdekatnya. Namun, pebalap Slovenia itu diyakini memiliki titik kelemahan yang dapat dimanfaatkan lawan-lawannya.
Mantan juara Tour de France, Geraint Thomas, menilai bahwa tim Pogačar, UAE Team Emirates, adalah "Achilles heel" pebalap tersebut. Thomas menilai, tim Pogačar terlalu bersemangat dan terkadang meremehkan kemampuan mereka.
"Dia sangat kuat dan ingin menang, begitu juga dengan timnya," kata Thomas dalam podcastnya. "Mereka agak emosional. Semua rekan setimnya adalah pebalap biasa. Ada yang hari ini bagus, besok tidak."
Thomas menilai, Pogačar seringkali membebani rekan setimnya dengan tugas-tugas berat yang tidak perlu. Hal ini dapat menguras energi mereka untuk tahap-tahap yang lebih menantang ke depan.
Sebagai contoh, pada etape kedelapan yang dimenangkan Pogačar, UAE Team Emirates memimpin di depan grup sepanjang hari, menjaga jarak dengan tim yang memisahkan diri. Akibatnya, rekan setim Pogačar, Mikkel Bjerg, mengaku "habis-habisan" mengejar grup terdepan.
"Mereka bisa saja mengalah jika memang mau. Tapi karena jaraknya masih dekat, mereka tetap mengejar dan meraih kemenangan etape," kata Thomas. "Kenapa perlu seperti itu? Simpan tenaga mereka, karena masih ada etape-etape berat ke depan dan mereka akan sangat membutuhkan bantuan."
Pogačar sendiri menolak kritikan tersebut. Dalam sebuah konferensi pers, ia menyebut timnya tidak mendapatkan respek yang layak. Namun, sang juara tak menampik bahwa timnya memang belum memiliki nama-nama besar seperti tim-tim lainnya.