Tadej Pogačar, sang pemimpin Giro d’Italia, menegaskan bahwa ia tidak akan mengulangi strategi "lead out" yang ia lakukan untuk Juan Sebastian Molano pada etape ke-12. Alih-alih, ia mengungkapkan taktik berbeda untuk menghadapi etape mendatang.
Pogačar menjelaskan bahwa kehadirannya di baris depan pada etape ke-12 bertujuan untuk menjaga keselamatannya di tengah persaingan sprint yang kacau. Ia bekerja sama dengan rekan setim Molano dan Rui Oliveira untuk mempersiapkan lead out, tetapi tidak sampai pada tahap akhir.
Menurutnya, lead out seperti di Napoli tidak akan mungkin dilakukan pada etape berikutnya karena angin sakal yang kuat. Dua hari kemudian (etape ke-13), ia juga memprediksi situasi serupa.
"Ini hari ketika kekuatan absolut berperan. Jadi, tim dengan lead-out yang kuat akan menguasai," kata Pogačar.
Alih-alih etape untuk sprinter murni, etape ke-12 diperkirakan akan menjadi panggung bagi pebalap klasik Giro. Setengah etape kedua akan diwarnai dengan 10 tanjakan pendek, termasuk Monte Giove yang mencapai gradien hingga 20%.
Pogačar membandingkan etape ke-12 dengan etape Tirreno-Adriatico pada tahun 2021 yang dimenangkan oleh Mathieu van der Poel. Ia menyatakan bahwa ini akan menjadi etape yang sulit untuk dikendalikan.
Meski fokusnya pada etape ke-12, Pogačar juga mengungkapkan bahwa alerginya telah berkurang. Ia memahami keputusan Cian Uijtdebroeks yang mengundurkan diri karena demam, karena kesehatan sangat penting dalam Grand Tour.
Meskipun Pogačar tidak akan mengulang strategi lead out, ia memiliki kenangan indah di wilayah Tirreno pada Giro tahun lalu. Ia memenangkan etape serupa di Bellante dan finis kedua di tahun sebelumnya setelah Van der Poel menang dengan solo break yang spektakuler.
Apakah Pogačar akan mengulang kesuksesannya di Tirreno atau membiarkan break menentukan hasil этапе ke-12, masih menjadi tanda tanya yang menarik bagi Giro d’Italia.