Dalam adu balap sepeda paling bergengsi, Tour de France, strategi tak terduga justru mengantarkan kemenangan. Pada etape ke-14, Adam Yates dari UAE Team Emirates mendapat perintah mengejutkan dari rekan setimnya sekaligus pemegang jersey kuning, Tadej Pogačar.
Dengan hanya sekitar tujuh kilometer tersisa di pendakian terakhir menuju Pla d’Adet, Pogačar meminta Yates untuk melakukan serangan. Yates, yang awalnya terkejut, mematuhi perintah tersebut, menciptakan celah bagi Pogačar untuk melintas dan melancarkan serangannya sendiri sejauh 4,6 kilometer dari puncak.
"Ini sedikit improvisasi. Saya siap mengendalikan kecepatan seperti biasa, dan dia menyuruh saya menyerang. Saya seperti, ‘Apa yang kamu bicarakan?’ Jadi saya menyerang dan melihat ke belakang beberapa kali untuk melihat di mana dia berada, dan dia datang," jelas Yates.
"Saya tidak bisa berbuat banyak untuknya karena saya kelelahan karena usaha itu, tetapi pada akhirnya, itu hari yang baik, dan kami menghabiskan waktu."
Serangan di detik-detik terakhir itu terbukti menjadi taktik yang cerdik. Pogačar sukses menyendiri menuju kemenangan, sementara saingan terdekatnya, Jonas Vingegaard, kesulitan mengikuti serangan dan kehilangan waktu 39 detik di pendakian terakhir.
Yates, yang kini menempati peringkat ketiga secara keseluruhan, merasa upaya timnya telah membuahkan hasil. "Hari ini kami mencoba sedikit lebih dekat, tapi masih cukup jauh menurutku, sekitar 6-7 kilometer. Tapi lihat hasilnya, kami mendapat waktu yang bagus dan terus menekan hingga final."
Strategi berani Pogačar dan kerja sama tim yang solid menjadi bukti bahwa dalam olahraga, bahkan rencana yang paling mengejutkan pun dapat mengarah pada kesuksesan.