Pada Kejuaraan Dunia Balap Sepeda 2024, rompi pelangi pemenang balap time trial (TT) di kategori U-23 kembali dipajang, bukan dipakai. Ini kali keempat secara beruntun, kemenangan diraih oleh pebalap profesional, yaitu Iván Romeo dari tim Movistar.
Keputusan ini mengundang kontroversi sehingga UCI berencana mengubah aturan kelayakan kategori ini. Sebelumnya, pebalap U-23 yang sudah profesional seperti Søren Wærenskjold, Johan Price-Pejtersen, dan Lorenzo Milesi mampu menjuarai dunia kategori U-23.
Pada balapan di Zurich, Romeo didampingi di podium oleh pebalap Kontinental Jakob Söderqvist dari Swedia dan peraih medali perunggu Jan Christen asal Swiss. Adapun favorit sebelum balapan, Alec Segaert (Belgia) dari Lotto-Dstny, harus puas di posisi keempat.
Website DirectVélo melaporkan, pebalap WorldTour dan Kontinental akan dilarang tampil di Kejuaraan Dunia Balap Sepeda UCI kategori U-23 mulai tahun depan.
Ditemui saat mengenakan rompi pelangi, Romeo memberikan pendapatnya. "Kontroversial karena ini kategori U-23, tapi saya sendiri baru berusia 21 tahun. Mungkin tidak adil bagi pebalap Kontinental dan amatir yang balapan bersama kami. Tapi jika kami ada di WorldTour, itu karena kami yang terbaik dan masih berusia di bawah 23 tahun," ujar pebalap asal Spanyol itu.
Romeo tidak keberatan dengan aturan baru dan tidak menganggap penting untuk memakai ban lengan pelangi selama balapan. "Itu tidak penting bagi saya sekarang. Rompi ini akan selalu ada di kamar saya, saya sudah mencapainya," ucapnya.
Meski membalap di WorldTour, Romeo menjadikan balap TT U-23 sebagai target utama musim ini. Ia tiba di Zurich sepuluh hari sebelum balapan dan berlatih intensif di lintasan.
"Kami menyewa apartemen di Zurich agar bisa melihat-lihat lintasan berulang kali. Ketika melihat apa yang terjadi, itu luar biasa," kata Romeo.
Söderqvist, yang membela tim pengembangan Lidl-Trek, mengaku senang bisa bersaing dengan pebalap WorldTour. Ia berpendapat, "Ada banyak pendapat bagus tentang hal ini. Ada yang berpendapat bahwa ini harus menjadi kesempatan bagi pebalap amatir untuk bersinar dan mendapatkan kontrak. Mungkin harusnya tentang siapa pebalap Kontinental atau amatir terbaik."
"Namun di sisi lain, saya pikir itu juga akan membuat hasilnya lebih bernilai jika pebalap profesional ikut serta dan ingin balapan. Bagi pebalap amatir, ini adalah perbandingan bagus untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan mereka dibanding pebalap profesional. Saya tidak punya pendapat yang terlalu kuat tentang hal ini. Saya senang bisa bersaing dengan mereka dan melihat bagaimana kemampuan kami," sambung Söderqvist.
Christen, peraih medali perunggu yang membela UAE Team Emirates, juga menunjukkan performa mengesankan dengan memenangkan beberapa balapan tingkat profesional. Ia menilai, "Saya sangat senang dengan musim pertama saya sebagai pebalap profesional. Tidak banyak pebalap yang memenangkan tiga balapan profesional pada usia 20 tahun, jadi saya senang."
Christen akan tampil di balap jalan raya U-23 pada hari Jumat, yang kemungkinan menjadi akhir dari sebuah era dalam kategori ini. Romeo sendiri membantah bahwa gelar juara dunia U-23 tidak berarti apa-apa bagi pebalap WorldTour yang sudah mapan.
"Saya sudah dua tahun bersama Movistar, tapi saya baru berusia 21 tahun, jadi saya masih cukup muda. Luar biasa level yang kami miliki bahkan di Kejuaraan Dunia U-23. Hari ini adalah salah satu tujuan utama saya musim ini. Saya sangat senang bisa berada di sini dalam kondisi yang baik dan memenangkan TT," pungkas Romeo.