Beranda Balap Anti-Doping di Tour de France: Perjuangan Tiada Henti Melawan Kecurangan

Anti-Doping di Tour de France: Perjuangan Tiada Henti Melawan Kecurangan

26
0

Tour de France, ajang balap sepeda paling bergengsi di dunia, selalu menjadi sorotan dalam hal upaya memerangi doping. Di balik gemerlap dan kejayaan atlet, terdapat kerja keras tim anti-doping yang tak kenal lelah untuk memastikan integritas olahraga ini.

Truk Rahasia dan Tes yang Ketat

Di antara ribuan kendaraan yang mengiringi Tour de France, satu truk anti-doping menjadi yang paling misterius. Tersembunyi di balik pagar hitam tinggi dan dijaga ketat oleh petugas keamanan, truk ini memegang peran krusial dalam menjaga kebersihan olahraga sepeda.

Delapan pembalap dipilih secara acak setiap etape untuk memberikan sampel urin. Protokolnya sangat ketat: pembalap harus membuka celana sepeda hingga lutut dan baju hingga dada, sementara petugas pengawas doping (DCO) mengawasi setiap gerak-gerik mereka untuk memastikan tidak ada cairan lain yang digunakan. Sampel urin kemudian dibagi menjadi dua wadah, A dan B, dan disimpan dalam suhu rendah sebelum dikirim untuk dianalisis.

Upaya Tiada Henti

Tour de France 2024 berakhir tanpa pelanggaran doping, sebuah pencapaian yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam memerangi kecurangan. Namun, kasus Andrea Piccolo, yang kontraknya diputus hanya sebelum Tour karena dituduh mengimpor hormon pertumbuhan manusia, menjadi pengingat bahwa perjuangan ini jauh dari selesai.

Tes anti-doping tidak hanya dilakukan selama balapan. Atlet dapat diuji oleh organisasi anti-doping nasional atau federasi internasional. Sejak 2021, International Cycling Union (UCI) telah mendelegasikan semua tesnya ke International Testing Agency (ITA), sebuah badan independen yang bertanggung jawab atas semua tes anti-doping di Tour de France.

Proses Pengambilan Sampel

DCO memilih atlet yang akan diuji berdasarkan beberapa faktor, seperti performa, tingkat pengujian di negara asal, dan ketidaksesuaian dalam paspor biologis atlet (ABP), yaitu catatan hasil tes darah dalam jangka waktu tertentu.

Setelah dipilih, atlet wajib memberikan sampel. Penolakan dapat dianggap sebagai tes yang gagal, dan tiga tes yang tidak lengkap berujung pada larangan berkompetisi. Sampel kemudian dikirim ke laboratorium terakreditasi Badan Anti-Doping Dunia (WADA) untuk dianalisis.

Substansi yang Diuji

Semua sampel diuji secara wajib untuk obat peningkat kinerja yang dirahasiakan, tetapi zat tambahan juga dapat diuji. WADA melaporkan bahwa pada tahun 2022, EPO hanya diuji pada 45% sampel pesepeda, hormon pertumbuhan manusia pada 8,5%, dan steroid sintetis seperti testosteron pada 2,5%. ITA menyatakan bahwa pengujian EPO mahal dan tidak efektif untuk semua sampel.

Selain sampel urin, sekitar 400 sampel darah diambil selama Tour, sebagian besar di hotel dan terkadang di bus tim. Semua sampel harus dianalisis dalam waktu 48 jam.

Tes di Luar Balapan

Pengujian anti-doping tidak hanya dilakukan saat balapan. Tes di luar kompetisi sama pentingnya. ITA menyatakan bahwa setiap pesepeda profesional diuji rata-rata empat kali per tahun saat tidak sedang bertanding. Pembalap yang lebih terkenal diuji lebih sering, terutama menjelang acara besar.

Tim juga wajib menginformasikan otoritas beberapa bulan sebelumnya mengenai jadwal latihan dan kompetisi pembalap mereka. Atlet harus memberikan informasi tentang tempat tinggal, perjalanan, dan jadwal latihan selama 24 jam, serta menyatakan slot waktu satu jam setiap hari ketika DCO dapat menguji mereka.

Tantangan dan Risiko

Meskipun ada upaya yang ketat, masih ada tantangan dalam memerangi doping. Micro-dosing, yaitu praktik penggunaan obat terlarang dalam dosis kecil yang sulit dideteksi, menjadi kekhawatiran besar. ITA menyatakan bahwa mereka memantau risiko ini dan dapat mengidentifikasinya melalui variasi penanda pada paspor biologis.

ABP, yang diperkenalkan pada tahun 2008, adalah alat penting, tetapi juga menghadapi tantangan. Kasus Ibai Salas, yang larangan enam tahunnya dibatalkan karena ABP dianggap tidak valid, menimbulkan pertanyaan tentang ketahanan ABP.

Kontaminasi obat juga menjadi masalah. Beberapa atlet, seperti Lizzy Banks dan Michel Hessmann, terbukti positif menggunakan zat terlarang, tetapi kemudian dibebaskan setelah berpendapat bahwa hasil tersebut disebabkan oleh kontaminasi.

Secara umum, upaya anti-doping di Tour de France semakin intensif dan canggih. "Kami melakukan segala upaya untuk melindungi olahraga ini," kata Olivier Banuls, kepala unit pengujian dan bersepeda ITA. "Peningkatan anggaran dan tim investigasi kami menunjukkan komitmen kami untuk menjaga integritas Tour de France."

Dalam era kemajuan teknologi dan metode kecurangan yang semakin canggih, perjuangan melawan doping di Tour de France akan terus berlanjut. Integritas olahraga sepeda bergantung pada upaya tak kenal lelah dari tim anti-doping dan komitmen bersama dari atlet, tim, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menjaga kebersihan olahraga ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini