[lead]
Tadej Pogačar tidak hanya menyabet gelar juara dunia balap sepeda di Zurich, tetapi juga mengukir namanya dalam sejarah sebagai peraih Triple Crown. Kemenangannya ini memberikan perspektif baru bagi dunia balap sepeda yang penuh tantangan dan emosional.
[/lead]
Tadej Pogačar telah menjadi sensasi di dunia balap sepeda. Di usianya yang baru 24 tahun, ia telah menorehkan prestasi luar biasa dengan meraih 23 kemenangan, termasuk gelar juara Giro d’Italia dan Tour de France secara beruntun pada tahun 2024. Kemenangannya di Kejuaraan Dunia di Zurich semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu atlet terhebat dalam sejarah balap sepeda.
Pogačar menjadi pembalap keempat yang meraih Triple Crown setelah Eddy Merckx pada tahun 1974, Stephen Roche pada tahun 1987, dan Annemiek van Vleuten pada tahun 2022. Ketiga pembalap tersebut sebelumnya juga telah menjuarai tiga ajang bergengsi, yaitu Tour de France, Giro d’Italia, dan Kejuaraan Dunia.
Prestasi Pogačar tidaklah mudah. Ia harus bertarung melawan pesaing tangguh dan melalui kondisi balapan yang melelahkan. Namun, tekad dan strateginya yang cerdas membawanya meraih kemenangan. Setelah melewati garis finis, Pogačar meluapkan kegembiraannya dengan menyiramkan air ke kepalanya dan memeluk pasangannya, Urška Žigart.
"Saya merasakan semua emosi hari ini, seperti menaiki roller coaster," ungkap Pogačar dalam wawancara setelah balapan. "Balapan yang gila, dan ketika saya melihat rekan setim dan Urška di garis finis, saya hampir menangis setelah itu."
Kemenangan ini semakin lengkap dengan penggunaan jersey pelangi, simbol kemenangan Kejuaraan Dunia. Pogačar mengaku bermimpi mengenakan jersey ini sejak kecil. "Sebagai seorang anak, saya tidak berani bermimpi memenangkan jersey ini. Saya bermimpi mengikuti Tour de France dan Kejuaraan Dunia, tetapi tidak pernah berpikir bisa memenangkannya," ujar Pogačar.
Namun, di balik kegembiraan ini, Pogačar juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap keselamatan para pembalap. Meninggalnya Muriel Furrer, pembalap Swiss muda yang mengalami kecelakaan pada hari Jumat, telah meninggalkan duka mendalam di dunia balap sepeda.
"Minggu ini sangat berat bagi keluarganya dan orang-orang terdekatnya. Ini adalah berita yang memilukan dan kehilangan yang menyedihkan bagi dunia balap sepeda dan balap sepeda Swiss," ungkap Pogačar.
Pogačar menyerukan peningkatan sikap saling menghormati di antara para pembalap. "Sulit untuk mengatakan apa yang dapat kita ubah, karena balap sepeda adalah olahraga yang berbahaya," katanya.
"Kecelakaan terlalu sering terjadi. Kita harus lebih berhati-hati, saling menjaga di dalam peloton, memikirkan orang di sebelah kita, dan tim kita. Rasa hormat memainkan peran penting. Kita hanya mengendarai sepeda dan kita tidak ingin hal buruk menimpa siapa pun. Kita harus memiliki itu dalam pikiran, menjaga satu sama lain."
Prestasi dan perspektif Tadej Pogačar telah memberikan warna baru bagi dunia balap sepeda. Kemenangannya di Triple Crown menjadi inspirasi bagi para atlet muda, sekaligus pengingat akan pentingnya keselamatan dan rasa hormat dalam olahraga yang penuh tantangan ini.