Beranda Berita Mampukah Infrastruktur Kereta Kita Tampung Riuh Gembira Bersepeda?

Mampukah Infrastruktur Kereta Kita Tampung Riuh Gembira Bersepeda?

19
0

Sebagai bangsa yang mendambakan gaya hidup berkelanjutan, bersepeda telah menjelma menjadi opsi transportasi alternatif yang kian dilirik. Namun, ketika berniat menggandeng sepeda dalam perjalanan kereta api, kita seolah terhempas ke jurang kekecewaan.

Infrastruktur kereta kita masih gagap mengakomodasi kebutuhan pesepeda. Ambil contoh perjalanan kereta dari Bristol ke London yang dikisahkan oleh pencinta sepeda dalam artikel luar negeri. Kereta berkapasitas 600 penumpang itu hanya menyediakan ruang untuk enam sepeda.

Bagi yang mujur berhasil mendapatkan reservasi, kegembiraan mereka teredam oleh kekhawatiran. Sebab, siapa tahu akan banyak pesepeda lain yang tiba-tiba muncul dan memenuhi kereta, bahkan membuat mereka yang sudah memesan pun tak kebagian tempat.

Belum lagi ruang sempit di kereta Intercity yang seakan tak dirancang untuk sepeda. Hanya tersedia lemari khusus untuk dua sepeda yang digantung pada roda, padahal banyak sepeda memiliki ban besar, pelek tebal, atau tas pannier yang tidak sesuai dengan ruang sempit itu.

Akibatnya, pesepeda dipaksa melakukan akrobat berbahaya, seperti menggesek roda karbon mereka pada pengait yang dapat menggoresnya. Belum lagi kekacauan ketika beberapa sepeda lain tiba-tiba muncul dan berebut ruang.

Dari sini, jelas bahwa infrastruktur kereta api kita masih jauh dari ramah pesepeda. Hal ini berbanding terbalik dengan negara-negara Eropa, seperti Belgia, Belanda, Denmark, Jerman, dan Prancis, yang menyediakan infrastruktur kereta yang holistik dan mengakomodasi semua penumpang.

Di negeri-negeri itu, pesepeda dipersilakan naik kereta tanpa kerumitan reservasi. Mereka bahkan bisa membeli tiket tambahan untuk sepeda dan langsung melenggang masuk tanpa hambatan.

Ironisnya, di Indonesia yang mengusung visi berkelanjutan, justru infrastruktur kereta yang menjadi batu sandungan. Hal ini tentu menjadi tamparan keras bagi upaya mempromosikan budaya bersepeda.

Solusi yang kita butuhkan bukanlah sekadar menambah beberapa ruang untuk sepeda, tetapi merancang ulang infrastruktur kereta api yang benar-benar mempertimbangkan kebutuhan pesepeda. Dengan demikian, bersepeda tidak hanya menjadi kendaraan alternatif yang ramah lingkungan, tetapi juga sebuah gaya hidup yang mudah dipraktikkan di setiap lini transportasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini