London – Mantan pemenang Tour de France, Sir Bradley Wiggins, tengah menghadapi masalah keuangan yang semakin pelik. Klaim terhadap perusahaan yang menangani urusan finansialnya, Wiggins Rights Limited, telah melonjak hingga hampir £2 juta atau setara Rp 39 miliar.
Perusahaan Wiggins dinyatakan dilikuidasi pada 2020 dan Wiggins dinyatakan bangkrut awal tahun ini. Saat itu, likuidator mengklaim perusahaan Wiggins berutang sebesar £979.953,53 kepada para kreditor.
Namun, jumlah ini kemudian meningkat menjadi £1.976.157,73 dalam "klaim revisi yang ditingkatkan" yang diajukan oleh firma likuidasi. Georgina Eason, praktisi kepailitan di MHA, menjelaskan bahwa peningkatan tersebut berasal dari penyelidikan lebih lanjut setelah mendapatkan akses ke catatan dan wawancara dengan personel penting.
"Saya tidak memperkirakan adanya penyelidikan lebih lanjut untuk saat ini," tambah Eason.
Peningkatan klaim ini menjadi pukulan berat bagi Wiggins yang telah mengakui menjadi korban kesalahan manajemen dan saran yang buruk selama kariernya. "Salah satu hal yang saya sesali adalah saya tidak pernah memperhatikan urusan keuangan saya saat masih berpacu," kata Wiggins dalam wawancara baru-baru ini.
Wiggins telah menyatakan bahwa ia bermaksud menuntut pihak-pihak yang bertanggung jawab atas krisis keuangannya, namun proses tersebut telah terhenti sementara karena status kebangkrutannya.
Di antara 15 kreditor Wiggins Rights, Kantor Pajak Inggris (HMRC) mengajukan klaim sebesar £313.447,48. Wiggins sebelumnya telah membantah klaim keuangan yang diajukan oleh para likuidator.
Kasus ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya pengelolaan keuangan yang baik, terutama bagi tokoh masyarakat atau atlet yang memiliki potensi penghasilan besar. Kisah Wiggins juga menyoroti tantangan yang dihadapi banyak atlet dalam mengelola kekayaan mereka setelah pensiun dari dunia olahraga.
