Beranda Berita Kedai Kopi dan Kenangan Bersepeda yang Tak Terlupakan

Kedai Kopi dan Kenangan Bersepeda yang Tak Terlupakan

4
0

Dalam dunia bersepeda, beristirahat di kedai kopi tak sekadar soal mengisi perut dan menghilangkan haus. Lebih dari itu, ia menjadi wadah terciptanya kenangan yang tak terlupakan.

Bayangkan sebuah foto lama, yang agak buram dan menunjukkan dua pasang kaki berselimut koran, menghangat di depan perapian kedai teh bergaya Inggris yang begitu klasik. Lapisan-lapisan pakaian yang dulunya putih kini telah berubah abu-abu melindungi kulit telanjang dari bara api yang menyala. Itulah satu-satunya kenangan dari perjalanan bersepeda musim dingin, di mana penulis artikel ini, yang masih muda saat itu, bergabung dengan "kelompok cepat" dan akhirnya mampir di kedai teh bersama suami dan temannya, di tengah derasnya salju dan lumpur yang menyelimuti jalan.

"Michelle terdampar di kedai teh Ditchling [East Sussex, Inggris] dan tidak bisa pulang," kurang lebih begitulah bunyi teks yang menyertai foto tersebut, yang kini telah hilang di internet.

Tentu saja, mereka akhirnya harus pulang. Namun, beberapa jam yang dihabiskan di kedai teh yang berada di "titik buta" GPS dan ditemani secangkir minuman hangat yang tak kunjung habis, telah menjadi salah satu kenangan bersepeda yang paling berkesan.

Kisah serupa juga dialami di Gails Bakery, toko roti yang terkenal dengan roti kayu manis dan kopinya yang mahal. Setelah bersepeda selama dua jam di Velodrome Herne Hill di London, para pesepeda berkumpul di sana untuk membahas gosip terbaru tentang balap sepeda. Yang menarik dari pertemuan ini adalah bukan menjadi jeda di tengah bersepeda, melainkan sebagai penutup perjalanan.

Dalam kedua kisah tersebut, perjalanan bersepeda yang mengiringi sama menyenangkannya dengan perjuangan bersepeda itu sendiri. Momen beristirahat di kedai kopi, betapa pun lamanya, justru menjadi kenangan yang paling dihargai.

Beristirahat di kedai kopi memang tidak menjadi kebiasaan semua pesepeda, termasuk penulis artikel ini yang kini lebih sering alasan kesibukan untuk menolak jeda di tengah bersepeda. Alasan lain bisa jadi kekhawatiran terkena "kaki kafe", di mana kaki yang sebelumnya terasa baik mendadak menjadi lemas, atau tentang berat badan (satu-satunya "alasan" yang tidak bisa diterima oleh penulis). Namun, penulis menduga bahwa sebagian besar pesepeda memiliki setidaknya satu kenangan "bersepeda" yang menyenangkan dari pengalaman ketika waktu yang dihabiskan di kedai kopi melebihi waktu bersepeda hingga 50% atau lebih. Dan, itu karena bersepeda – dan kecintaan kita terhadapnya – sering kali lebih dari sekadar memutar roda.

Duduk di kursi kedai teh yang agak lembap dengan aroma tubuh yang menyengat selama berjam-jam mungkin bukan pilihan pertama. Terutama mengingat masih belum adanya merek pakaian bersepeda yang mampu menciptakan bra olahraga yang berfungsi sekaligus cepat kering seperti pakaian teknikal lainnya. Akan tetapi, membicarakan berbagai hal dengan orang-orang yang sepemikiran selalu menjadi prioritas. Dan itulah yang membuat istirahat panjang di kedai kopi menjadi begitu istimewa: bukan tempatnya, bukan perjalanan ke sana atau kembali, atau makanan yang dipajang, melainkan orang-orang yang berbagi momen-momen tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini