Dalam beberapa tahun terakhir, Timur Tengah menjadi magnet bagi dunia olahraga, termasuk bersepeda. Namun, di balik kemegahan event olahraga yang digelar di negara-negara seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, dan Bahrain, terdapat kontroversi soal "sportswashing".
Sportswashing adalah upaya negara-negara tersebut untuk menutupi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dengan menjadi tuan rumah acara olahraga besar. Uang berlimpah dikucurkan untuk membiayai event dan membeli tim, berharap dapat memperbaiki citra di mata dunia.
Salah satu atlet yang berani menyuarakan penolakan terhadap sportswashing adalah pesepeda asal Norwegia, Søren Wærenskjold. Ia memilih absen dari AlUla Tour di Saudi Arabia karena alasan moral.
"Saya lebih memilih membuat pilihan yang benar secara moral dan etika," kata Wærenskjold, yang pernah menolak tawaran pindah ke UAE Team Emirates karena alasan serupa.
Ia menyinggung catatan HAM yang buruk di Saudi Arabia, termasuk pembatasan terhadap hak-hak perempuan, kebebasan berpendapat, dan hak-hak LGBTQ+. "Ada bukti orang dipenjara dan dibunuh karena pandangan politik mereka," ujarnya.
Keputusan Wærenskjold mendapat dukungan dari timnya, Uno-X Mobility. "Saya harus menghormati fakta bahwa atlet memiliki keinginan berbeda dan mengambil sikap terhadap isu-isu penting seperti ini," kata manajer tim Thor Hushovd.
Hushovd menekankan bahwa partisipasi timnya dalam AlUla Tour bukan berarti mereka mendukung pemerintah Saudi Arabia.
Di sisi lain, Wærenskjold menyadari pengaruh bisnis dan politik dalam olahraga. Namun, ia tetap ingin membuat pendiriannya jelas, meski mungkin tidak akan berdampak besar.
"Jika Anda memiliki kesempatan, menurut saya hal yang positif untuk sedikit menjauh," katanya. "Saya hanya seorang pesepeda sederhana yang bisa membuat pilihan sederhana. Perubahan sistemik mungkin sulit dicapai. Dan saya tidak benar-benar berpikir bahwa menjauhkan diri darinya akan berpengaruh. Tapi saya melakukannya untuk hati nurani saya sendiri."
Dilema yang dihadapi pesepeda seperti Wærenskjold ini hanyalah sebagian dari perdebatan yang lebih besar tentang peran olahraga dalam mempromosikan nilai-nilai dan melawan pelanggaran HAM.
Pada tahun 2028, UEA dijadwalkan menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Jalan Raya UCI, menyusul Qatar yang menjadi tuan rumah pada tahun 2025. Apakah para atlet akan mempertaruhkan integritas mereka demi bertanding di negara-negara dengan catatan HAM yang buruk?
Wærenskjold sendiri masih belum memberikan jawaban pasti apakah ia akan berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia di UEA. "Saya harus melihatnya nanti. Saya tidak berani menjawabnya sekarang," ujarnya.