Tom Pidcock menuntaskan debutnya di Paris-Roubaix dengan kepala tegak, usai finis di posisi 20 teratas. Pembalap Ineos Grenadiers ini memang pernah menjuarai edisi junior dan U-23 balapan tersebut. Namun, ia mengakui bahwa versi elite yang dimenangkan Mathieu van der Poel untuk kedua kalinya, benar-benar berbeda levelnya.
Meski begitu, Pidcock tetap puas dengan performanya di posisi ke-17, terutama karena Roubaix awalnya tidak termasuk dalam jadwalnya untuk musim ini. "Tidak buruk bukan," ujarnya. "Ini balapan yang cukup epik. Saya hampir tidak bisa memegang setang di akhir balapan, itu masalah terbesar saya."
Pidcock menilai bahwa versi senior Paris-Roubaix sangat berbeda dari pengalamannya sebelumnya. "Ini binatang yang sama sekali berbeda," jelasnya. "Kecepatannya sangat luar biasa. Balapan pecah sejak sektor pertama. Itu hari yang melelahkan, tetapi tidak banyak yang bisa saya lakukan."
Dalam pandangan Pidcock, Paris-Roubaix adalah salah satu balapan terindah di kalender. Namun, setelah melintasi batu-batu besar di Prancis utara selama berjam-jam, ia berkelakar bahwa opininya berubah.
"Pendapat saya mungkin berubah setelah hari ini," ujarnya. "Balapannya bagus, tapi saya kesulitan mengeluarkan tenaga untuk merangkum hari saya… Saya pikir lebih sulit memenangi Paris-Roubaix sekarang setelah saya melakukannya."
Sementara itu, rekan setim Pidcock di Ineos Grenadiers, Josh Tarling, tidak menyelesaikan Roubaix setelah didiskualifikasi karena memegang mobil terlalu lama. Direktur Olahraga Ineos, Ian Stannard, enggan mengomentari apakah diskualifikasi itu keputusan yang tepat. "Keputusan dibuat di lapangan dan selesai," katanya. "Itu keadaan balapan. Dia mengganti sepeda dan begitulah adanya."