Memanfaatkan pengalamannya menyelenggarakan balap sepeda kecil yang kacau, seorang pesepeda amatir mengecam kesulitan dan kurangnya penghargaan dalam mengoordinasikan acara balap sepeda.
Balap sepeda, dari skala Tour de France yang bergengsi hingga balap klub skala kecil, menghadapi tantangan yang tak terhitung jumlahnya. Pengeluaran besar untuk biaya keamanan, penutupan jalan, dan layanan lainnya melebihi pendapatan yang diperoleh dari pendaftaran peserta, hak siar TV, dan sponsor.
Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya minat penonton untuk membayar biaya menonton. Padahal, tanpa dukungan finansial dari penonton, balapan sangat bergantung pada sponsor, yang sering kali enggan memberikan dukungan finansial yang signifikan.
Balapan domestik bahkan harus menghadapi biaya polisi yang selangit, yang membuat biaya pendaftaran terus meningkat. Alhasil, para peserta harus merogoh kocek lebih dalam, sehingga mereka dapat merasakan pahitnya diejek di belakang pada tanjakan pertama.
Bencana menghadang Tour of Britain, salah satu balapan paling penting di Inggris, memaksa pembatalan karena pandemi dan kematian Ratu Elizabeth II. Ini menunjukkan bahwa bahkan acara besar pun tidak terlepas dari kesulitan finansial dan faktor eksternal yang tidak terduga.
Untuk mengatasi masalah ini, seorang pengamat menyarankan sistem subsidi, di mana balapan yang lebih kecil akan berkontribusi untuk mendukung balapan yang lebih besar. Namun, hal ini berpotensi membebani peserta balapan klub yang sudah kesulitan membayar.
Kesimpulannya, menggelar balap sepeda adalah tugas yang sulit, menuntut, dan sering kali tidak dihargai. Kurangnya dukungan finansial dan tantangan logistik terus membayangi masa depan olahraga ini, mengancam kelangsungan balapan yang disukai penggemar di mana-mana.