Biniam Girmay, pembalap Eritrea, telah mengukir sejarah sebagai pembalap Afrika hitam pertama yang memenangkan etape Tour de France. Namun, di balik kesuksesannya yang gemilang, tersimpan kisah perjuangan yang menyoroti hambatan yang dihadapi oleh pembalap berbakat Afrika saat mencoba merintis karier di kancah profesional.
Pada tahun 2019, Girmay menghadapi rintangan berat dalam mendapatkan visa untuk masuk ke Eropa. Berkat perjuangan tanpa lelah, ia akhirnya dapat menandatangani kontrak dengan Team Delko pada tahun 2020. Perjalanannya berlanjut dengan bergabung di Intermarché-Wanty pada tahun 2021 dan mencatatkan namanya sebagai pembalap Afrika hitam pertama yang memenangkan etape Grand Tour di Giro d’Italia pada tahun 2022.
Namun, kisah Girmay bukan sekadar keberhasilan individu. Ini membongkar kenyataan pahit yang dihadapi banyak pembalap berbakat Afrika. Kim Coats, dari organisasi nirlaba Team Africa Rising, mengungkapkan bahwa banyak pembalap masih berjuang untuk mendapatkan visa yang diperlukan untuk mengejar impian mereka di Eropa.
Florence Nakaggwa dari Uganda, yang baru-baru ini menandatangani kontrak dengan Canyon-SRAM Generation, adalah salah satu contoh nyata. Berbulan-bulan setelah meneken kontrak, Nakaggwa masih belum dapat mengamankan dokumen yang dibutuhkan untuk pindah ke Eropa.
"Ini adalah tantangan besar yang dapat menggagalkan karier mereka," kata Coats.
Girmay sendiri menekankan pentingnya akses bagi pembalap muda Afrika ke kancah balap Eropa. Ia berbagi pengalamannya sebagai pembalap yunior yang membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan budaya dan bahasa Eropa.
"Jika datang di usia 23 atau 24 tahun, Anda sudah kehilangan waktu," ujar Girmay.
Sayangnya, situasi sulit ini justru semakin memburuk dari waktu ke waktu. "Tantangannya semakin besar," tambah Coats. "Banyak talenta luar biasa di Afrika, tetapi semuanya bergantung pada dukungan pihak lain."
Kemenangan Girmay di Turin telah menginspirasi banyak pembalap Afrika, memicu gelombang keyakinan dan antusiasme baru dalam olahraga ini.
"Ini bukti bahwa siapa pun bisa meraihnya. Perwakilan itu penting," kata Coats.
Girmay juga mengimbau pengelola balap sepeda untuk berinvestasi dalam talenta dari luar Eropa. "Tolong terus cari talenta muda dan bantu mereka menjadi bagian dari budaya balap sepeda Eropa," pintanya.
Kemenangan bersejarah Girmay dan kesuksesan pembalap Ekuador Richard Carapaz yang mengenakan jersey kuning Tour de France, menunjukkan bahwa dunia balap sepeda semakin menjadi olahraga global. Kisah Girmay dan banyak pembalap Afrika lainnya menjadi pengingat penting tentang perjuangan yang dihadapi dalam mengejar impian, dan perlunya dukungan dan kesetaraan di dunia olahraga yang terus berkembang ini.