Beranda Balap Demi Vollering: Mental Health di Ajang Balap Sepeda Bergengsi

Demi Vollering: Mental Health di Ajang Balap Sepeda Bergengsi

5
0

Dalam ajang Tour de France Femmes tahun lalu, Demi Vollering, seorang pembalap sepeda profesional, berbagi kisah perjuangannya melawan kesehatan mental. Ia mengungkapkan pergolakan batin yang dialaminya pada etape kedua dari belakang, Le Grand Bornand, akibat tekanan yang begitu besar.

Vollering, yang merupakan salah satu kandidat kuat juara, mengalami kecelakaan pada etape kelima yang menyebabkan tulang ekornya retak. Ia pun harus merelakan jersey kuning pemimpin klasemen kepada sang juara, Kasia Niewiadoma.

Dalam unggahan media sosialnya, Vollering mengakui bahwa tekanan yang ia rasakan menjelang dua etape terakhir sangat berat. Meskipun berhasil memenangkan etape terakhir di Alpe d’Huez, Vollering gagal mengejar ketertinggalan waktu dan Niewiadoma mengalahkannya dengan selisih empat detik.

Namun, bagi Vollering, sanggup menyelesaikan etape di Le Grand Bornand merupakan sebuah kemenangan tersendiri, mengingat derita yang ia alami di atas lintasan balap.

"Itu adalah salah satu hari terberat dalam karierku," tulis Vollering. "Secara fisik, aku masih memulihkan diri dari kecelakaan awal minggu. Secara mental, aku terbebani oleh tekanan dari media, timku, orang-orang yang aku kasihi, dan diriku sendiri. Semua orang terus bertanya bagaimana perasaanku, dan meskipun aku berusaha tetap positif, dalam hati aku takut dan ragu.

"Selama perlombaan, aku mencapai titik puncak. Sulit untuk menggambarkan apa yang kurasakan, tetapi kecemasan menguasai, dan pikiranku berputar-putar. Aku tidak bisa fokus. Aku merasa mengecewakan semua orang. Untuk pertama kalinya, aku tidak bisa mengabaikannya sendiri."

Ia melanjutkan: "Meskipun aku tidak bisa sepenuhnya menjelaskan apa yang kurasakan, hanya dengan mengatakan ‘Aku tidak baik-baik saja’ membantu meringankan beban yang aku bawa. Mischa (temannya) tidak mencoba memperbaikinya atau mengabaikannya; dia hanya menemaniku, mengingatkanku bahwa tidak apa-apa merasa kewalahan dan bahwa aku tidak sendiri.

"Hari itu, aku menyadari betapa pentingnya membicarakan apa yang kita alami. Kecemasan dapat membuat kita merasa terjebak dan terisolasi, tetapi berbagi perasaan—meskipun sulit—dapat menjadi langkah pertama menuju kelegaan.

"Kalau dipikir-pikir, aku menyadari bahwa ini adalah salah satu kemenangan terbesar yang kudapat—bukan hanya karena aku finis ketiga, tetapi juga karena aku dapat mengatasi salah satu momen tersulit yang pernah kuhadapi. Bagi saya, ini mungkin kemenangan pribadi yang paling berarti di seluruh Tour de France Femmes."

Vollering menjelaskan bahwa pada hari itu ia sedang menstruasi, yang semakin memperumit pengalamannya.

"Hormon dapat memperkuat emosi, dan dengan tekanan yang sudah kurasakan, itu adalah hal yang berat untuk ditangani," katanya. "Ini merupakan pengingat bahwa tubuh dan pikiran kita saling terhubung, dan terkadang, segala sesuatunya berada di luar kendali kita."

"Aku membagikan ini karena aku tahu banyak orang, terutama kaum muda, memikul beban ekspektasi dan tekanan. Tidak mudah membicarakan hal-hal ini, tetapi semakin banyak kita melakukannya, semakin kita dapat mendobrak stigma seputar kesehatan mental," tambahnya.

"Kita semua manusia. Kita semua menghadapi pertempuran. Dan tidak peduli seberapa besar atau kecilnya, semuanya penting."

Menghadapi Tour de France Femmes tahun ini, Vollering memberikan tiga saran "bagi siapa saja yang berjuang melawan kecemasan atau tekanan".

"Jika bisa, bicaralah dengan seseorang yang kau percaya. Obrolan kecil pun dapat membuat perbedaan," kata Vollering. "Bersikaplah baik pada dirimu sendiri. Tidak apa-apa merasa kewalahan, dan kau tidak harus tahu semua jawabannya. Ingat, ini bukan tentang memperbaiki semuanya sekaligus—ini tentang mengambil langkah kecil ke depan, dengan kecepatanmu sendiri."

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini