SD Worx-Protime, tim dominan dalam Tour of Britain Women, mengalami kekalahan pada etape terakhir setelah upaya mereka merekayasa kemenangan untuk Christine Majerus gagal.
Dominasi SD Worx berawal dengan kemenangan di tiga etape pertama. Pada etape keempat, tim berupaya memberikan kemenangan bagi Majerus, namun strategi ini berakhir dengan kekecewaan.
Pembalap Liv AlUla Jayco, Ruby Roseman-Gannon, meluncurkan serangan pada tikungan terakhir, menyalip Majerus yang terlalu cepat melakukan selebrasi. Lotte Kopecky, juara dunia, juga bisa saja memenangkan etape, tetapi memilih membantu Majerus.
Upaya merekayasa kemenangan ini mengundang kritik. Penulis berita berpendapat bahwa pembalap harus memanfaatkan peluang mereka sendiri, bukan mengutamakan rencana tim. Lorena Wiebes, sprinter tercepat di dunia, bahkan tidak bisa menunjukkan kemampuannya karena strategi tim yang memprioritaskan Majerus.
Penulis menekankan bahwa balap sepeda adalah olahraga yang sulit direkayasa. Keputusan yang diambil dalam hitungan detik menentukan kemenangan. Balap kermesse yang sudah diatur sebelumnya sangat berbeda dengan balap sepeda profesional yang mengutamakan persaingan sejati.
Kekalahan SD Worx-Protime menjadi pelajaran berharga bahwa kemenangan tidak bisa dipaksakan. Justru, hal ini membuat balap sepeda tetap menarik dan penuh kejutan. Kemenangan Roseman-Gannon membuktikan bahwa bahkan tim terkuat pun dapat dikalahkan oleh strategi yang salah.