Kota Turin, Italia, menjadi saksi sejarah baru dalam Tour de France edisi ke-121. Untuk pertama kalinya, seorang pembalap sepeda dari Afrika, Biniam Girmay, berhasil menjuarai sebuah etape dalam ajang balap sepeda paling bergengsi di dunia itu.
Kemenangan Girmay bukan hanya sekedar prestasi olahraga, melainkan juga momen penting bagi perkembangan olahraga sepeda di benua Afrika. Selama ini, belum ada pembalap kulit hitam yang mampu menorehkan namanya sebagai pemenang etape di Tour de France.
Lahir di ibu kota Eritrea, Asmara, Girmay tumbuh dalam lingkungan yang fanatik terhadap sepeda. Meski tinggal ribuan kilometer jauhnya dari Prancis, ia terbiasa menyaksikan Tour de France bersama keluarganya sejak kecil.
Inspirasi terbesarnya datang dari Daniel Teklehaimanot, pembalap Eritrea yang berhasil meraih gelar King of the Mountains di Tour de France pada 2015. Kemenangan Teklehaimanot membuka mata Girmay bahwa pembalap Afrika juga bisa bersaing di level tertinggi.
Namun, perjalanan Girmay menuju puncak tidaklah mudah. Berasal dari negara berkembang, ia harus menghadapi berbagai keterbatasan dalam hal infrastruktur, pelatihan, dan kesempatan untuk berkompetisi. Tidak seperti para pembalap Eropa, Girmay harus berlatih di peloton yang lebih kecil dan balapan yang lebih pendek.
Meski begitu, tekad Girmay untuk menjadi seorang sprinter tidak pernah padam. Ia berlatih tanpa henti, mengasah kecepatannya dan menjadikan Peter Sagan sebagai idolanya. Pada usia 18 tahun, Girmay terpilih untuk berlatih di World Cycling Center di Swiss Alps.
Masa adaptasi yang sulit di luar negeri tidak mematahkan semangat Girmay. Ia terus mengembangkan kemampuannya, hingga akhirnya menjadi pembalap profesional pada tahun 2020. Kehebatannya semakin diakui setelah memenangkan Gent-Wevelgem dan sebuah etape di Giro d’Italia pada tahun 2022.
Sebelum Tour de France dimulai, Girmay ditakdirkan untuk membuat sejarah. Pertanyaannya bukan lagi apakah ia bisa menang, melainkan kapan. Dan pada 1 Juli 2023, Girmay menjawab pertanyaan tersebut dengan kemenangan yang mendebarkan di kota Turin.
Kemenangan Girmay disambut dengan euforia, tidak hanya di Eropa tetapi juga di benua Afrika. Ia menjadi inspirasi bagi para pembalap muda Afrika, membuktikan bahwa mereka juga bisa berprestasi di panggung dunia.
"Hari ini, saya pikir semua orang akan percaya bahwa pembalap sepeda Afrika dapat melakukan apa saja," kata Girmay setelah kemenangannya. "Ini sangat berarti bagi saya pribadi, tetapi terutama untuk benua Afrika."