Pegowes asal Belanda, Mathieu van der Poel, berhasil mempertahankan gelar juara Paris-Roubaix setelah melakukan serangan mengejutkan dari jarak yang sangat jauh. Aksinya pada hari Minggu lalu membuat rekan setimnya, Jasper Philipsen, kembali menduduki posisi kedua.
Van der Poel mengungkapkan bahwa ia tidak merencanakan serangan jarak jauh tersebut. "Saya merasa sangat baik hari ini. Ini adalah hari terbaik saya di musim balap klasik ini," ujarnya. Namun, ia terpaksa melancarkan serangan karena kurangnya kerja sama dalam kelompok terdepan.
Meski tidak memiliki rencana khusus, Van der Poel mempercayai instingnya saat balapan berlangsung. "Saya pikir itu adalah momen yang tepat. Kelompok kami cukup kecil dan kerja sama tidak berjalan baik. Saya ingin membuat akhir yang sulit, dan itu adalah kekuatan saya," jelasnya.
Van der Poel juga merasa diuntungkan oleh masa pelatihannya di Spanyol. Ia mengaku lebih rileks dan percaya diri setelah menghabiskan waktu di bawah sinar matahari.
Selain itu, Van der Poel mengkritik adanya rintangan (chicane) di pintu masuk sektor berbatu Arenberg. "Untungnya orang-orang sudah terpencar, jadi lebih mudah untuk melewatinya," katanya.
Saat memasuki velodrome, Van der Poel menikmati momen kemenangannya di tengah sorak-sorai penonton. "Ini tidak normal untuk memenangkan balapan seperti ini. Saya hanya bisa memimpikan ini ketika saya masih kecil," ungkapnya.
Bagi Van der Poel, kemenangan di Paris-Roubaix ini menjadi pencapaian yang istimewa. "Menjadi juara dunia menambah nilai plus dalam kemenangan ini. Saya tidak pernah membayangkan diri saya akan memenangkan semua balapan yang saya menangkan sekarang," tambahnya.
Dengan kemenangan ini, Van der Poel membuktikan kualitasnya sebagai pegowes berkelas dunia. Aksinya yang berani dan kemampuannya dalam membaca situasi balapan menjadi inspirasi bagi para pegowes lainnya.