Persaingan sengit antara dua bintang terbesar balap sepeda, Tadej Pogačar dan Jonas Vingegaard, kembali terpanaskan sejak awal musim ini. Keduanya telah meraih kemenangan mengesankan di perlombaan pembuka tahun ini, masing-masing di Volta ao Algarve dan UAE Tour.
Penampilan perdana mereka di tahun 2025 ini memberikan gambaran sekilas tentang performa dan strategi mereka jelang puncak musim, yakni Tour de France. Namun, pendekatan yang mereka ambil sangat berbeda satu sama lain.
Gaya Agresif Pogačar
Pogačar memulai musimnya dengan gaya khasnya yang agresif. Di UAE Tour, ia menunjukkan dominasinya dengan memenangkan dua etape dan gelar keseluruhan. Kemenangannya datang secara dominan, dengan serangan solo yang mengesankan pada etape keempat.
Tetapi di luar kemenangannya, Pogačar juga menunjukkan pendekatan taktis yang cerdik. Ia terlibat dalam upaya mengacaukan lomba pada etape ketiga, serta menghabiskan 110 kilometer dalam pelarian pada etape kelima. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya ingin menang, tetapi juga mempersiapkan dirinya untuk tantangan yang lebih besar ke depannya.
Setelah UAE Tour, Pogačar mengalihkan fokusnya ke lomba-lomba klasik, seperti Strade Bianche dan Milan-San Remo. Pendekatan ini serupa dengan musim lalu, di mana ia meraih kesuksesan di klasik sebelum beralih ke Tour de France.
Vingegaard yang Konservatif
Berbeda dengan Pogačar, Vingegaard mengambil pendekatan yang lebih konservatif. Ia memilih untuk menghindari lomba-lomba klasik dan fokus pada perlombaan etape, yang lebih sesuai dengan gaya balapnya.
Di Volta ao Algarve, Vingegaard menunjukkan konsistensi dan kemampuannya dalam perlombaan waktu. Kemenangannya di etape terakhir, sebuah waktu percobaan berbukit, memastikan kemenangan keseluruhannya.
Meskipun tidak se spektakuler kemenangan Pogačar, penampilan Vingegaard menunjukkan bahwa ia telah bekerja keras selama musim dingin. Ia menghindari pertanyaan tentang performanya dengan kemenangan dominan di etape yang sangat menantang.
Strategi Berbeda, Tujuan yang Sama
Meskipun perbedaan pendekatan mereka, Pogačar dan Vingegaard memiliki tujuan yang sama: memenangkan Tour de France. Keduanya diperkirakan akan kembali berhadapan di Critérium du Dauphiné pada bulan Juni, yang akan menjadi jalur ujian yang penting sebelum Tour.
Sulit untuk memprediksi siapa yang akan keluar sebagai pemenang pada akhirnya. Pogačar memiliki kemampuan serba bisa dan pengalaman kemenangan, sementara Vingegaard telah membuktikan dirinya sebagai penantang yang tangguh di medan yang berat.
Musim balap sepeda 2025 masih panjang, dan kisah perebutan antara Pogačar dan Vingegaard baru saja dimulai. Performa mereka di perlombaan mendatang akan memberikan petunjuk berharga tentang peluang mereka di Tour de France dan pertempuran untuk supremasi di dunia balap sepeda.