Tadej Pogačar, sang penguasa dunia balap sepeda, terus memukau dengan prestasinya yang tak tertandingi. Namun, di balik semua kejayaan itu, ia masih merasa bisa menjadi lebih baik.
"Saya merasa masih bisa berkembang. Pengalaman saya masih terus bertambah," ucap Pogačar dalam konferensi pers timnya di Spanyol.
Meski telah mengoleksi tiga gelar Tour de France, satu Giro d’Italia, dan tujuh gelar Monuments, Pogačar tidak berpuas diri. Ia mengaku ingin mencoba tantangan baru, seperti memenangi ketiga Grand Tour dalam satu tahun.
"Mungkin ada ruang untuk pengembangan. Kita lihat saja nanti pada musim dingin apakah saya bisa lebih baik lagi," ujarnya.
Para atlet memang sosok yang tak pernah puas. Mereka selalu berorientasi ke depan, tak pernah melihat ke belakang.
"Kita terus berusaha memperbaiki diri sampai akhir karier. Dan ketika kita sudah tidak bisa berkembang lagi, saat itulah waktunya untuk mengakhiri karier," tutur juara dunia itu.
Pogačar menekankan pentingnya memperhatikan setiap detail, baik di dalam maupun di luar sepeda. Ia selalu berusaha mengejar kesempurnaan dan melakukan inovasi tiada henti.
"Tahun 2024 memang luar biasa, musim yang sempurna. Saya bersenang-senang dengan 25 kemenangan dari 57 balapan," tuturnya.
Untuk musim 2025, Pogačar siap kembali beraksi di ajang balap batu besar alias "cobble". Ia bertekad untuk menunjukkan kehebatannya di Tour of Flanders dan balapan lainnya.
"Saya sangat ingin kembali ke cobble. Tidak masalah apakah saya memakai jersey juara dunia atau tidak. Saya suka berada di sana," katanya.
Rencana lainnya adalah untuk kembali berpartisipasi di Giro d’Italia. Namun, ia masih harus mempertimbangkan jadwal Vuelta a España yang baru akan diumumkan 19 Desember mendatang.
Pogačar telah menandatangani kontrak baru dengan UAE Team Emirates hingga akhir musim 2030. Ia mengaku merasa betah dan nyaman di timnya saat ini.
"Ketika Anda menandatangani kontrak jangka panjang, Anda merasa lebih tenang. Anda bisa fokus pada bersepeda dan menjadi lebih baik, tanpa perlu khawatir tentang kontrak baru," jelasnya.
Meski telah meraih begitu banyak prestasi, Pogačar masih memiliki beberapa tujuan besar. Ia ingin menjuarai Paris-Roubaix dan Milan-Sanremo, dua balapan klasik yang selalu menjadi impiannya.
"Milan-Sanremo adalah salah satu balapan paling tidak terduga. Saya terus berusaha memperbaiki diri di sana. Saya merasa semakin dekat dengan kemenangan, tapi masih perlahan," katanya.
Keinginan Pogačar untuk menjuarai ketiga Grand Tour dalam satu tahun juga masih menjadi wacana. Ia mengaku ingin mencobanya, tapi itu bukanlah prioritas utama.
"Itu adalah tantangan yang berat, tapi saya ingin mencobanya. Mungkin di tahun-tahun mendatang," ujarnya.
Di mana pun Pogačar berada, ia selalu menjadi pusat perhatian. Ia telah menjadi ikon yang melampaui olahraga balap sepeda. Namun, bagi Pogačar sendiri, ia masih belum merasa pantas disebut sebagai yang terhebat sepanjang masa.
"Eddy Merckx pernah mengatakan bahwa saya sudah mendekati. Saya merasa bangga mendengar kata-katanya," ucapnya.
Jika Pogačar terus berkembang seperti yang diyakininya, maka gelar GOAT (Greatest of All Time) tidak akan lagi menjadi perdebatan.