Jakarta, Kompasiana – Perusahaan sepeda lipat asal Inggris, Brompton, mengalami kerugian parah sebesar 99% pada tahun lalu. Profit perusahaan merosot dari £10.680.953 menjadi hanya £4.602 selama 12 bulan yang berakhir 31 Maret 2024.
Penurunan ini diiringi dengan penurunan penjualan sebesar 5,3% menjadi £122,6 juta. Penjualan sepeda menurun 8,2%, dari 91.875 unit menjadi 84.899 unit.
Selain itu, biaya operasional perusahaan naik 15% menjadi £62,7 juta. Profit sebelum pajak pun turun dari 8,3% menjadi 0,0%.
Laporan keuangan perusahaan menyebutkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh kegagalan dalam memenuhi target penjualan dan keterlambatan dalam memangkas biaya karena sifat biaya yang tetap dan berkomitmen.
Menariknya, seluruh penurunan penjualan terjadi pada pasar domestik. Sementara itu, ekspor tetap stabil. "Ekspor menyumbangkan 80% dari penjualan sepeda unit," ungkap laporan tersebut.
Brompton juga berinvestasi pada platform e-commerce dan toko ritel Brompton Junction untuk meningkatkan penjualan langsung ke konsumen. Hasilnya, penjualan melalui saluran tersebut meningkat 13% menjadi 25.649 unit, atau 30% dari total penjualan perusahaan.
Meski pendapatan dari penjualan langsung membantu mempertahankan margin laba kotor di tengah biaya yang lebih tinggi, namun laba kotor sedikit turun dari 50,3% menjadi 50,0%.
Industri sepeda mengalami gejolak sejak pandemi COVID-19. Lonjakan permintaan awal memicu peningkatan produksi, tetapi kemacetan pasokan menghambat pengiriman. Ketika pasokan akhirnya pulih, permintaan menurun drastis, meninggalkan banyak stok yang tidak terjual.
"Industri ini masih dalam kekacauan dan tidak akan membaik tahun ini," kata Managing Director Brompton, Will Butler-Adams.
Selain persaingan dari skema sepeda listrik sewaan, kebangkitan pesaing dari Cina yang lebih murah, dan startup Inggris Gocycle, Butler-Adams menyebut diskon besar-besaran sebagai salah satu tantangan utama.
Meski merugi, Butler-Adams tetap optimis tentang masa depan Brompton. Ia percaya bahwa sifat sepeda lipat yang praktis akan tetap diminati seiring dengan meningkatnya dorongan pemerintah untuk moda transportasi yang lebih ramah lingkungan.