Mark Cavendish, sprinter kawakan yang membela Astana Qazaqstan, kembali menunjukkan taringnya setelah memenangkan etape Tour de Hongrie. Kemenangan ini menjadi momentum penting bagi Cavendish yang bertekad meraih rekor 35 kemenangan etape Tour de France.
Selain Cavendish, Astana juga mengandalkan Michael Mørkøv dan Davide Ballerini untuk memperkuat barisan sprinter mereka. Namun, di sisi lain, Astana sedang berjuang keras untuk menghindari degradasi dari WorldTour. Dengan hanya enam kemenangan sejauh ini pada tahun 2024, Astana berada di peringkat ke-21 klasemen UCI.
"Kami selalu yakin dengan Mark, tetapi kemenangan ini bagus untuknya dan tim," kata Manajer Astana Alexandre Vinokourov. "Semua sprinter ingin menang, dan Mark bertekad untuk meraih rekor itu."
Vinokourov menegaskan bahwa Cavendish akan menjalani pelatihan ketinggian sebagai bagian dari persiapan akhir menuju Tour de France. Tour de Suisse kemungkinan besar akan menjadi balapan terakhir Cavendish sebelum Grand Départ.
"Kaki selalu mengikuti kepala. Jadi, penting bagi Mark untuk merasa senang di tim ini," ujar Vinokourov. "Dia hanya perlu bekerja keras dalam persiapan akhir menuju Tour."
Selain itu, Vinokourov mengisyaratkan bahwa Cavendish mungkin akan bergabung dengan manajemen tim setelah pensiun, tetapi ia meragukan Cavendish akan melanjutkan balapan pada tahun 2025.
Sementara itu, Astana juga menghadapi masalah lain, yaitu hilangnya Alexey Lutsenko dari Giro d’Italia karena sakit. Vinokourov mencari cara untuk meningkatkan performa tim, termasuk merekrut pembalap baru.
"Kami mencari seorang pembalap yang bisa meraih hasil bagus di balapan etape, tetapi ini tidak mudah," kata Vinokourov. "Kami masih punya waktu lebih dari setahun. Kami tidak khawatir untuk tahun depan, kami masih mencari pembalap."
