Rembang, Aktualita – Mark Cavendish mengawali misinya memecahkan rekor kemenangan etape Tour de France dengan langkah buruk. Pembalap Astana itu tertinggal di tanjakan pertama, menderita di bawah teriknya Italia, dan muntah saat mengayuh jauh di belakang rombongan besar.
Cavendish tadinya tidak diprediksi sebagai penantang pada dua tahap pembuka Tur de France. Trek Italia yang berliku tidak cocok dengan karakteristik sprintnya. Namun, tidak ada yang mengira dia akan keluar dari rombongan dengan 160 kilometer tersisa sebelum garis finis di Rimini.
Saat pelarian hari itu menjauh dan kecepatan yang sangat lambat diterapkan pada tanjakan Col de Valico Tre Faggi sepanjang 12,5 km, Cavendish terlihat disiram air. Suhu saat start mencapai 37°C, dan rompi es serta botol air ekstra menjadi hal yang lumrah di semua tim.
Cavendish tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan saat tertinggal semakin jauh dan terlihat muntah berkali-kali. Sejumlah rekan setimnya dari Astana Qazaqstan kembali untuk membantunya bertahan pada tahap pertama.
Timnya tidak berkomentar tentang apa yang memengaruhi Cavendish saat ditanya oleh Jens Voigt dari Eurosport. Namun, tampaknya itu adalah sakit perut, bukan sengatan panas. Cavendish dilaporkan menyerah dari gel dan batangan karena tidak bisa mencernanya.
Selisih antara Cavendish dan rekan setimnya yang seharusnya menjadi kereta sprintnya, Cees Bol, Davide Ballerini, Michael Mørkøv, dan Michele Gazzoli, dengan rombongan besar melampaui 10 menit dengan 100 km tersisa pada etape itu.
Kabar baik bagi Cavendish adalah kelompoknya yang terdiri dari lima orang bertambah besar ketika rekan satu tim Fabio Jakobsen dan Bram Welten (DSM-Firmenich PostNL) serta Jonas Rickaert (Alpecin-Deceuninck) bergabung dengan mereka, menambah tenaga untuk mengejar garis finis.
Cavendish, 39, mengendarai Tur de France ke-15 pada tahun 2023, berusaha meraih rekor kemenangan etape ke-35, yang akan menempatkannya di atas Eddy Merckx dalam daftar peringkat kemenangan etape sepanjang masa.
