Beranda Berita Evenepoel, Sang Legenda Sepeda yang Belum Merasa Puas

Evenepoel, Sang Legenda Sepeda yang Belum Merasa Puas

8
0

Remco Evenepoel, pria berdarah Belgia ini kembali dinobatkan sebagai "Belgian of the Year" untuk kedua kalinya. Prestasi gemilangnya di tahun 2024 telah mengukir sejarah baru dalam dunia balap sepeda.

Awal tahun itu, Evenepoel sempat mengalami kendala saat bertanding di Itzulia Basque Country. Kecelakaan massal membuatnya mengalami patah tulang selangka. Namun, pembalap muda ini bangkit dengan cepat. Di ajang Tour de France pada Juli, Evenepoel tampil cemerlang. Ia memenangkan etape pertamanya dan berhasil naik podium, berada di bawah Tadej Pogačar dan Jonas Vingegaard, dua pemenang Tour de France sebelumnya.

Setelah menerima penghargaan terbaru, Evenepoel menoleh ke belakang untuk melihat pencapaiannya. Ia mengaku menyadari potensi untuk membuat sejarah setelah menyelesaikan Tour de France selama tiga minggu.

"Setelah Tour, saya langsung merasa bisa menciptakan sesuatu yang unik. Saya tahu kemampuan saya. Jika saya menjaga diri, itu bisa berhasil," ujarnya.

Kepercayaan diri sang juara tak tergoyahkan. Ia yakin bisa meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024. "Saat pulang setelah medali emas pertama, saya berbicara dengan orang tua dan kakek-nenek saya. Saya bilang, ‘Jika tidak ada yang terjadi—tidak jatuh, tidak ada nasib buruk—saya akan menang lagi.’ Begitu besarnya kepercayaan diri saya. Mereka semua tahu saya juga akan meraih emas kedua," papar Evenepoel.

Dengan segala kesuksesan di usia yang masih muda, Evenepoel mengakui sulit untuk melampaui pencapaiannya pada Agustus lalu. "Saya sadari betul, Olimpiade adalah momen terpenting dalam karier saya. Cukup gila. Karier saya mungkin belum mencapai setengah jalan, entah apa yang akan terjadi, tapi saya sudah berada di puncak," ungkapnya.

Selain menengok ke belakang, Evenepoel juga membuka diri tentang perjuangannya saat ini dalam pemulihan cedera. Ia mengalami kecelakaan saat bersepeda, mengakibatkan patah tulang rusuk, tulang belikat kanan, dan tangan kanan.

"Di rumah sakit, mereka bilang saya harus dioperasi secepatnya, jika tidak, semuanya akan memburuk. Saya langsung tahu bahwa proses rehabilitasinya akan sangat lama," ujar Evenepoel.

Meski mencoba tetap positif, ia mengaku sempat ragu dan putus asa. "Saya meragukan diri sendiri. Apakah saya akan bisa kembali tahun ini? Apakah saya akan baik-baik saja? Orang-orang tidak melihat hal itu. Mereka bertemu saya di toko, bertanya bagaimana keadaan saya, dan saya tertawa. Saya bersikap positif, tapi saat pulang, saya hancur," ungkapnya.

Namun, semangat Evenepoel belum padam. Ia ingin kembali ke lintasan secepatnya dan fokus pada tujuan tahun ini. Ia berencana untuk kembali berlaga di De Brabantse Pijl pada April, sebelum Ardennes Classics. Namun, satu balapan yang selalu ada di pikirannya adalah Tour de France.

"Saya tidak ingin terburu-buru. Persiapan untuk Grand Tour butuh waktu lima, enam bulan dan saya tidak akan punya waktu itu, jadi saya cenderung untuk menolak Giro," ujarnya tentang kembalinya ke Grand Tour Italia.

"Saya berusaha fokus pada Ardennes Classics, tapi sejujurnya, hanya ada satu hal di kepala saya. Yakni bisa berada di puncak di Tour. Selebihnya tidak terlalu penting. Beri saya waktu hingga awal Juli, dan kemudian tampil lebih baik dari tahun lalu di level tertinggi selama tiga minggu."

Memenangkan begitu banyak penghargaan di usia muda membuat sulit bagi Evenepoel untuk melampaui pencapaian sebelumnya. Namun, hasrat akan jersey kuning Tour de France terus membara dalam dirinya.

"Setiap tahun, pada sarapan pertama saya di 1 Januari, saya menuliskan tujuan saya," katanya. "Itu agak sulit sekarang karena cedera, tapi tujuan umum karier saya jelas: suatu hari nanti saya ingin memenangkan Tour. Itu satu-satunya hal yang benar-benar ingin saya capai. Apakah itu membuat saya stres? Tidak. Itu memotivasi saya."

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini