Bagi para penggemar bersepeda, musim gugur adalah bulan yang tepat untuk bertualang. Kali ini, kita akan menjelajahi pesisir Inggris yang memesona dalam sebuah perjalanan bersepeda yang menantang dan mengesankan.
Awal yang Menjanjikan
Perjalanan dimulai dengan cuaca cerah, jalanan yang mulus, dan pemandangan yang luar biasa. Suasana begitu damai, dengan kicauan burung goldfinch dan anggunnya burung walet yang beterbangan mencari makan sebelum bermigrasi sejauh 6.000 mil ke Afrika Selatan.
Tantangan yang Tak Terduga
Namun, keesokan harinya, pemandangan berubah drastis. Angin kencang berhembus dari barat daya, menghambat laju pesepeda. Meski menanjak dengan kekuatan lebih dari 400 watt, kecepatan yang dicapai hanya beberapa digit. Tantangan ini, yang awalnya disambut dengan antusias, kini terasa melelahkan.
Perubahan Arah dan Rintangan Baru
Perubahan arah di St. Davids, kota terkecil di Inggris, sedikit melegakan. Namun, gerimis yang semula halus berubah menjadi hujan deras saat melintasi Newgale. Kedinginan dan rasa letih mulai menyerang.
Bantuan dari Kebaikan Hati
Setelah menempuh 50 mil lagi, pesepeda mulai merasa tidak enak badan. Panjat tanjakan yang biasanya menjadi penawarnya, kini justru membuat kedinginan semakin terasa. Menyadari kondisinya yang mengkhawatirkan, pesepeda memutuskan untuk mengabaikan rute GPS dan mencari bantuan.
Di toko yang ia masuki, seorang pria menyarankan agar ia bersepeda kemarin. Mendengar itu, pesepeda yang merasa putus asa melepas kacamata dan helmnya, lalu mendekati kasir dengan permohonan yang telah ia pikirkan selama dua jam. Ia menawarkan kacamata senilai £250 dengan harga satu Meal Deal.
Awalnya, pesepeda tersebut merasa malu dan diabaikan. Namun, tiba-tiba, semangat keramahan dan kebaikan khas Wales muncul. Seorang wanita membelikannya kopi, sementara pria lain memberikan uang £20. Kebaikan hati orang asing ini membuat pesepeda terharu.
Ketibaan yang Dramatis
Akhirnya, pesepeda tiba di tempat penginapannya di dekat The Mumbles saat langit berubah dari abu-abu menjadi gelap gulita. Fotografer yang menunggunya lega melihat pesepeda masih hidup.
"Di mana saja kamu?" tanya fotografer itu.
"Aku menangis di St. Clears," jawab pesepeda. "Kalau kamu?"
"Selain menghabiskan lima jam mengelilingi Wales Selatan mencarimu, aku sudah menemukan tempat makan," kata fotografer itu.
Saat itu, pesepeda tidak hanya merasa lelah secara fisik, tetapi juga diliputi emosi. Petualangan bersepeda ini tidak hanya menguji batas fisiknya, tetapi juga mengajarkan arti penting bantuan dari orang asing.
Perjalanan menyusuri garis pantai Inggris ini menjadi bukti bahwa bersepeda tidak hanya tentang berolahraga, tetapi juga tentang menjelajahi negeri baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kebaikan hati yang tak terduga.