Performa Michal Kwiatkowski dalam Clásica Jaén menjadi penanda kebangkitan tim Ineos Grenadiers. Kemenangan pebalap Polandia itu memang diwarnai insiden mengerikan yang menimpa rekan setimnya, Egan Bernal. Namun, di balik itu, terpancar spirit baru dalam tubuh tim yang pernah berjaya itu.
Kwiatkowski menjadi juara setelah melepaskan diri dari kelompok utama sejauh 60 kilometer. Sepanjang jalur, ia dikejar oleh para rivalnya yang tak henti-hentinya mengintai. Meski begitu, ia mampu mempertahankan keunggulannya hingga garis finis.
Usai balapan, Kwiatkowski mengungkapkan bahwa timnya sangat termotivasi untuk menang. "Setiap pembalap dan anggota tim bekerja keras. Saya pikir jika bukan saya hari ini, rekan setim lain dari tim kami akan meraih kemenangan. Mereka semua sangat termotivasi," tuturnya.
Motivasi tinggi itu, menurut Kwiatkowski, terlihat dari dukungan penuh yang diterimanya dari tim selama balapan. "Semua orang ingin menang. Staf juga membantu saya melalui radio. Jadi, kemenangan ini untuk mereka semua," ungkapnya.
Kemenangan Kwiatkowski juga menjadi bukti bahwa Ineos Grenadiers telah bangkit dari keterpurukan. Setelah musim 2024 yang buruk, tim ini mendapat banyak kritik. Namun, kemenangan awal di tahun 2025 ini menunjukkan bahwa mereka siap untuk kembali berjaya.
"Anda bisa melihat mereka [rekan setimnya] lapar untuk memenangkan balapan. Dan Anda harus bersabar, tidak melihat masa depan atau masa lalu. Cepat atau lambat itu akan terbayar," kata Kwiatkowski.
Ia juga menambahkan, "Kami hanya perlu mencoba latihan yang berbeda, pendekatan yang berbeda. Terkadang berhasil, terkadang tidak. Tapi ini adalah proses yang panjang. Kemenangan ini adalah konfirmasi bahwa kami berjalan dengan baik. Kami kehilangan kemenangan di Australia, tetapi sekarang – kami harus terus melaju."
Kemenangan Kwiatkowski dan kebangkitan Ineos Grenadiers menjadi pertanda positif di awal musim balap 2025. Tim ini akan terus dipantau, apakah mereka dapat kembali menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan di dunia balap sepeda.
