Beranda Berita Ketika Sepeda Bertemu Alkohol: Dilema Non-Peminum dalam Budaya Bersepeda

Ketika Sepeda Bertemu Alkohol: Dilema Non-Peminum dalam Budaya Bersepeda

9
0

Bersepeda, aktivitas yang identik dengan kesehatan dan kebugaran, ternyata memiliki hubungan erat dengan budaya minum alkohol. Dari perbincangan santai sebelum bersepeda, berhenti di kedai minuman di tengah rute, hingga tradisi minum bir pasca gowes, alkohol seolah telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia bersepeda.

Bagi non-peminum seperti saya, budaya ini menimbulkan dilema tersendiri. Ketika bergabung dengan komunitas bersepeda, saya sering merasa seperti orang luar. Saat rekan-rekan berbincang tentang minuman favorit mereka atau bercengkerama di bar setelah gowes, saya hanya bisa menunggu dengan sabar, merindukan waktu di mana kami dapat terhubung tanpa keterlibatan alkohol.

Ironisnya, dalam olahraga yang sangat mengutamakan kesehatan, alkohol—yang merupakan karsinogen—justru memiliki peran penting. Di samping risiko kesehatan jangka panjang, konsumsi alkohol juga dapat berdampak negatif pada performa dan pemulihan, terutama jika dikonsumsi segera setelah berolahraga.

"Alkohol adalah diuretik, sehingga membuat tubuh lebih cepat mengalami dehidrasi. Jika Anda sudah mengalami dehidrasi, konsumsi alkohol dapat memperburuk kondisi tersebut," jelas Kristin Arnold, pakar nutrisi olahraga dan pelatih bersepeda.

Selain itu, alkohol menghambat penyerapan vitamin dan pengembalian glikogen, yang dapat mengganggu pemulihan dan performa secara keseluruhan.

"Meskipun secara teknis ada karbohidrat dalam bir, alkohol di dalamnya menghambat pengisian kembali glikogen. Jadi, meski Anda mengonsumsi karbohidrat dari makanan bersamaan dengan bir, sebagian karbohidrat tersebut tidak akan digunakan untuk mengisi kembali glikogen," Arnold menjelaskan.

"Selain itu, [alkohol] juga menghambat penyerapan vitamin dan mineral tertentu, khususnya vitamin B. Hal ini dapat menghambat sintesis protein otot atau pembentukan kembali otot setelah latihan."

Namun, Arnold menekankan bahwa alkohol tidak sepenuhnya buruk.

"Ada pro dan kontra konsumsi alkohol setelah bersepeda. Beberapa pro-nya antara lain mempererat komunitas, membangun kebersamaan, dan menciptakan pengalaman yang menyenangkan bersama rekan satu tim, teman, dan anggota komunitas," katanya.

"Menurut saya, minum satu atau dua gelas tidak masalah, terutama jika dilakukan dalam suasana sosial…dan saat tuntutan performa dalam latihan tidak terlalu tinggi, seperti jika seorang atlet sedang dalam minggu istirahat atau masa transisi, atau baru saja menyelesaikan perlombaan besar dan akan beristirahat setelahnya."

Berita baik bagi non-peminum adalah semakin banyak pilihan minuman non-alkohol yang tersedia, memungkinkan semua orang untuk ikut serta dalam kesenangan pasca bersepeda. Dari tahun 2021 hingga 2022, penjualan minuman non-alkohol di Amerika Serikat menunjukkan pertumbuhan sebesar 20,6% per tahun. Banyak perusahaan bir juga menawarkan pilihan non-alkohol, termasuk kombucha dan soda, sehingga memperluas pilihan bagi non-peminum. Ketertarikan terhadap opsi non-alkohol ini bahkan terlihat dalam sponsor acara, dengan merek non-alkohol seperti Best Day Brewing dan Athletic Brewing memiliki kehadiran besar di ajang bersepeda seperti Unbound Gravel dan Big Sugar Gravel.

Banyak orang yang bersepeda khusus untuk aspek sosialnya, menikmati waktu nongkrong pasca gowes sebagai kesempatan untuk menjalin pertemanan dan koneksi baru. Saya sama sekali tidak menganjurkan agar tradisi ini dikesampingkan, tetapi menurut saya ada cara untuk membuatnya lebih inklusif bagi non-peminum. Alih-alih selalu mengakhiri rute di kedai bir atau bar, ada baiknya juga mencari tempat lain yang tidak berpusat pada alkohol, seperti kedai kopi atau kafe jus.

Dalam olahraga yang menjunjung tinggi kebersamaan dan koneksi, ada baiknya kita bertanya apakah tradisi kita benar-benar mencerminkan nilai-nilai tersebut atau apakah masih ada ruang untuk berkembang. Saya masih menyukai bersepeda dan kebersamaan yang dibawanya, tetapi saya menyadari bahwa alkohol tidak harus menjadi pusat dari semua itu.

Membuat ruang bagi non-peminum tidak akan mengurangi kegembiraan bersepeda; justru akan menambahnya, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi semua orang. Dengan mengalihkan fokus dari apa yang ada di gelas kita ke hubungan yang kita bagi, kita dapat merayakan momen-momen pasca gowes dengan cara yang mempererat semua orang—baik dengan kopi, kombucha, pizza, atau bir non-alkohol.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini