Jakarta – Marianne Vos, pebalap sepeda asal Belanda, baru saja mengukir sejarah dengan menjuarai UCI Gravel World Championships di Leuven, Belgia. Kemenangan ini menjadi istimewa karena Vos menjadi pebalap pertama yang menggunakan ban berteknologi baru yang dapat menyesuaikan tekanan udara.
Bersaing sengit dengan Lotte Kopecky dari Belgia, Vos berhasil melepaskan diri dari rombongan utama sekitar 50 kilometer menjelang finis. Keduanya pun terus bergantian melakukan serangan hingga akhirnya bertarung dalam adu sprint.
Yang menarik dari kemenangan ini adalah Vos menggunakan sistem ban Gravaa KAPS yang canggih. Teknologi ini memungkinkan pebalap untuk menyesuaikan tekanan ban sesuai dengan medan yang dilalui, baik itu jalanan off-road, bebatuan, atau aspal mulus.
"Ini membantu dengan tekanan yang lebih tinggi saat finis dan menurunkan tekanan di medan yang lebih kasar," jelas Vos kepada Cyclingnews setelah meraih kemenangan.
Dengan kemenangan ini, Vos menambah koleksi gelar juara dunianya menjadi 14. Meski begitu, ia tetap rendah hati dan antusias menghadapi musim depan.
"Saya tidak berpikir tentang 13 gelar sebelumnya. Gravel World Championship ini masih terbilang baru, tapi tetap saja ini kejuaraan dunia dan saya berusaha melakukan yang terbaik," ujar Vos.
Teknologi ban Gravaa KAPS juga menjadi sorotan dalam kemenangan Vos. Visma-Lease a Bike telah menggunakan teknologi serupa di Paris-Roubaix 2023, tetapi tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Namun, di tangan Vos, ban inovatif ini mampu memberikan keuntungan yang jelas.
"Ini adalah bukti nyata dari keunggulan teknologi yang ditawarkan," kata perwakilan tim dan merek yang mendukung Vos.
Vos pun menegaskan akan terus menggunakan teknologi ini di masa depan, terutama untuk balapan jenis gravel. Kemenangan ini menjadi penutup musim yang sempurna bagi Vos dan ia kini siap untuk menikmati waktu istirahat.
"Saya akan menikmati istirahat sejenak, menghabiskan waktu bersama keluarga, dan bersantai," pungkas Vos.