Maxim Van Gils, pembalap asal Belgia, baru saja bergabung dengan tim Red Bull-Bora-Hansgrohe. Walaupun baru seminggu, Van Gils sudah mulai merasakan perbedaan signifikan dengan tim lamanya, Lotto Dstny.
"Beda bahasa, lebih banyak staf, dan lingkungan yang berbeda, itu baru sebagian perbedaan yang saya rasakan," ungkap Van Gils kepada media.
Meski begitu, Van Gils yakin ini saat yang tepat baginya untuk meninggalkan Lotto dan bergabung dengan Red Bull-Bora-Hansgrohe. Kesempatan untuk melangkah lebih tinggi terlalu menggiurkan untuk dilewatkan.
"Di sini, untuk satu pekerjaan, ada 10 orang yang mengerjakannya. Di Lotto, hanya satu orang. Tapi pada akhirnya, kami menjalani balapan yang sama. Jadi, kita juga harus menghormati tim seperti Lotto, mereka bisa mengatur semuanya meski dengan anggaran terbatas," tutur Van Gils.
"Sekarang di WorldTour, anggaran semakin besar. Ini adalah era baru bersepeda modern. Tapi, tim dengan anggaran lebih kecil juga harus bisa mengikuti perkembangan. Di tim seperti Lotto, Anda mungkin harus menunggu beberapa hari untuk fisioterapi. Di sini, Anda bisa langsung ditangani tanpa harus melakukan apa-apa," lanjutnya.
Saat ini, Van Gils masih dalam proses beradaptasi dengan tim barunya. Namun, ia yakin Red Bull-Bora-Hansgrohe memiliki kualitas yang lebih tinggi. Dengan rasa hormat pada tim yang membesarkannya, Van Gils optimistis lingkungan Red Bull akan membantunya mencapai potensi maksimalnya.
"Apakah rekan setim yang lebih baik? Rekan setim saya di Lotto juga tidak buruk," kata Van Gils saat ditanya apakah peningkatan kualitas rekan setim akan menjadi perubahan terbesar dari Lotto.
"Mereka masih muda, dan selalu sulit bagi seorang pemimpin untuk fokus pada hasil dan tidak harus memberitahu semua orang apa yang harus dilakukan. Saya pikir ini akan lebih mudah dengan rekan setim yang mungkin sedikit lebih kuat," tambahnya.
Ikut Membesarkan Tim
Van Gils dikenalkan sebagai salah satu pembalap kunci Red Bull-Bora-Hansgrohe dalam konferensi pers. Ia duduk berdampingan dengan kapten Grand Tour, Primož Roglič, CEO Ralph Denk, dan direktur olahraga, Rolf Aldag.
Pembalap berusia 25 tahun ini memiliki ambisi besar dan tidak ingin melewatkan kesempatan setelah musim 2024 yang kuat. Ia juga percaya ada potensi kesuksesan yang lebih tinggi di Red Bull, dengan tujuan yang tidak bisa ia capai di Lotto.
"Red Bull-Bora-Hansgrohe benar-benar berkembang. Saya ingin naik kereta ini sebelum berangkat," aku Van Gils.
"Saya ingin berada di sini sebelum tim ini menjadi besar. Saya pikir lebih menyenangkan menjadi bagian dari proses dan melihat bagaimana tim berkembang. Itulah mengapa saya ingin berubah sekarang," lanjutnya.
"Mereka punya banyak ambisi. Bagi saya juga, saya masih muda, dengan banyak tujuan pribadi, tetapi juga tujuan tim. Di masa depan, impian saya adalah memenangkan Grand Tour bersama tim sebagai rekan setim, bukan saya, karena saya tidak punya kapasitas untuk melakukan ini. Tapi saya ingin berada di sana dan mengalaminya. Di Lotto, itu tidak mungkin, dan di sini masih sulit, tapi kita bisa mencoba," ujar Van Gils.
Van Gils kemungkinan tidak akan membalap di Grand Tour pada 2025. Denk mengungkapkan bahwa fokus utama saat ini adalah pada balapan klasik. Namun, ia tidak menutup kemungkinan untuk membalap di Giro atau Vuelta.
Keputusan Van Gils untuk meninggalkan Lotto juga dipengaruhi oleh kepergian beberapa rekan setimnya, seperti Florian Vermeersch, Victor Campenaerts, dan Andreas Kron.
"Saat saya menandatangani kontrak baru dengan Lotto Dstny, kami memiliki tim yang sangat bagus, seperti keluarga bagi saya," kata Van Gils. "Tapi kemudian orang-orang seperti Florian, Victor, dan Andreas pergi, dan pada saat itu, mungkin saya mulai berpikir tentang hal ini," lanjutnya.
Van Gils tidak menyangkal bahwa keputusannya bukan sesuatu yang diambil secara tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang. Ia juga tidak menutup kemungkinan untuk kembali ke Lotto di masa depan.
"Saya harus benar-benar memikirkannya dan apa yang saya inginkan dalam tiga tahun ke depan. Karena menjadi seorang pembalap sepeda tidak lama. Mereka yang berusia 31 tahun sudah dianggap tua dalam bersepeda. Saya pikir tahun-tahun terbaik saya datang sekarang, dan saya ingin menghabiskannya di lingkungan yang sangat bagus dengan tujuan yang besar," ujar Van Gils.
Meskipun tampil di Grand Tour adalah fokus sekunder bagi Van Gils dan Red Bull-Bora-Hansgrohe, ia akan langsung menjadi pemimpin untuk balapan klasik berbukit, seperti Strade Bianche, di mana ia finis ketiga tahun lalu, dan Ardennes Classics, dari Amstel Gold hingga Liège-Bastogne-Liège.
Denk dan Aldag telah vokal tentang ambisi tim untuk menang sepanjang tahun dengan skuat one-day yang sangat kuat. Van Gils adalah bagian besar dari ambisi tersebut dan harus memenuhi ekspektasi yang dibangunnya musim lalu dan melalui kepindahannya di tengah kontrak.
"Dia sudah menunjukkan hasil yang bagus di balapan one-day – Flèche Wallonne, Milan-San Remo, dan Liège," kata Denk.
"Mudah-mudahan kami bisa melangkah lebih jauh. Dia sudah naik podium di Flèche dan Strade. Maxim masih muda, dan kami memiliki lingkungan performa yang hebat untuk mendukung bakatnya dengan cara terbaik," lanjutnya.
"Jika saya bisa mengubah satu podium menjadi kemenangan, itu akan sangat luar biasa," kata Van Gils tentang tujuannya untuk 2025. "Tidak ada perasaan yang lebih baik bagi seorang pembalap sepeda selain menang. Tahun depan, saya benar-benar ingin mengangkat tangan saya," pungkasnya.