Dalam dekade terakhir, dunia sepeda telah mengalami lonjakan pesat dalam hal performa dan estetika. Sepeda menjadi lebih ringan, lebih kencang, dan harganya pun melambung tinggi. Namun, di balik kemewahan itu, timbul sebuah pertanyaan: apakah kita benar-benar membutuhkan sepeda yang begitu canggih?
Di sisi lain, sepeda-sepeda modern juga dikenal karena perawatannya yang lebih intensif. Para pemilik sepeda kini lebih rajin membersihkan dan melakukan servis secara berkala. Berbeda dengan sepeda zaman dulu yang kerap diabaikan hingga berujung pada kerusakan parah.
Sebagai seorang pencinta sepeda, penulis artikel ini memiliki kenangan indah tentang sepeda tuanya yang penuh cacat. Salah satu kejadian yang paling berkesan adalah saat gear belakang sepedanya tiba-tiba meledak. Akibatnya, roda belakangnya mengeluarkan suara bising dan rantai pun terlepas. Namun, bukannya panik, penulis justru merasa senang.
Bagi penulis, kejadian itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Bersama teman-temannya, ia bergotong royong mencari bagian-bagian sepeda yang hilang dan memperbaikinya bersama-sama. Momen itu menjadi sebuah ikatan yang mempererat persahabatan mereka.
Teman lainnya juga memiliki pengalaman unik dengan sepedanya. Roda sepedanya begitu bengkok hingga ia harus membuka rem agar roda dapat berputar. Ia pun mengendarainya dengan hati-hati, satu tangan di setang dan satu tangan di rem. Teman lainnya mengalami patah tulang atas pada sepedanya. Ayahnya memperbaikinya dengan memasukkan gagang sapu kayu ke dalam rangka sepeda dan merekatkannya dengan selotip.
Pada masa itu, sepeda-sepeda seperti itu merupakan hal yang biasa. Harganya yang relatif murah memungkinkan para penggemar sepeda memiliki lebih dari satu sepeda. Mereka pun dapat mempertaruhkan salah satu sepeda untuk digunakan dalam latihan yang keras, tanpa perlu mengkhawatirkan biaya perbaikan yang mahal.
Kini, kondisi tersebut telah berubah. Sepeda modern yang mahal membuat para pemiliknya enggan mengambil risiko kerusakan. Perawatan menjadi prioritas utama demi menjaga investasi mereka. Akibatnya, sepeda-sepeda tua yang penuh sejarah dan kenangan kini semakin langka.
Ketika penulis melihat seseorang mengendarai sepeda tua yang penuh cacat, ia merasa bahagia. Sepeda-sepeda tersebut membawa kembali kenangan tentang kebersamaan, kegembiraan, dan semangat petualangan yang kini sulit ditemui di era sepeda modern.
Meski teknologi sepeda telah berkembang, kehangatan dan kenangan yang diciptakan oleh sepeda tua tetap tak ternilai. Mereka adalah pengingat akan masa lalu yang sederhana, di mana sepeda lebih dari sekadar alat transportasi, tetapi juga simbol persaudaraan dan kebebasan.