Atlet paralimpiade nasional, Blaine Hunt, mengungkapkan keprihatinannya atas lambatnya progress inklusi dan keberagaman di dunia olahraga Indonesia. Hal ini terungkap setelah sejumlah atlet paralimpiade diminta mengenakan pakaian olahraga (tracksuit) dalam acara pertemuan dengan Presiden RI, sementara atlet Olimpiade dapat mengenakan pakaian formal.
Hunt menyatakan bahwa perbedaan perlakuan tersebut merupakan cerminan kesenjangan yang masih mengakar antara atlet Olimpiade dan Paralimpiade. "Ini bukan soal jas atau undangan ke pesta, ini soal inklusi," tegas Hunt.
"Memang benar, ada upaya kolaborasi antara dua entitas terpisah, Komite Paralimpiade Indonesia (KPI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI), tetapi dalam kenyataannya, keduanya masih memiliki sumber daya dan tim yang berbeda," imbuhnya.
Padahal, KPI telah berkomitmen untuk tidak menyediakan penyedia pakaian formal bagi atlet paralimpiade dengan alasan keberlanjutan lingkungan dan masukan dari atlet. Akibatnya, sebagian besar atlet paralimpiade kehilangan kesempatan untuk mengenakan pakaian yang layak saat acara resmi.
Ketimpangan juga terjadi dalam aspek lain, seperti kesempatan berpartisipasi dalam ajang tertentu. Hunt menyoroti Track Champions League yang akan segera dimulai, di mana tidak ada representasi atlet paralimpiade. "Saya yakin saya mampu menunjukkan kemampuan saya dan bersaing dengan atlet lain, tapi sebagai atlet paralimpiade, saya tidak punya kesempatan itu," keluhnya.
"Hal ini menghambat perkembangan olahraga Indonesia dengan tidak memberikan kesempatan dan perlakuan yang setara bagi semua atlet, terlepas dari kondisi fisiknya," ujar Hunt.
Ia pun meminta agar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di bidang olahraga untuk mengambil langkah-langkah nyata dalam mewujudkan inklusi dan keberagaman di dunia olahraga Tanah Air.