Dalam jagat bersepeda profesional, nama Puck Pieterse mulai bersinar terang. Atlet berusia 22 tahun ini menorehkan prestasi gemilang dengan meraih kemenangan di beberapa disiplin, mulai dari mountain biking, cyclocross, hingga road race.
Pencapaian Pieterse di Tour de France Femmes tahun ini menjadi bukti kehebatannya. Ia sukses menyabet kemenangan etape keempat dan gelar sebagai pembalap muda terbaik. Bahkan, ia sempat memikirkan peluangnya untuk mengenakan kaus kuning, simbol pemuncak klasemen umum, pada edisi-edisi mendatang.
"Saya pikir performa saya minggu ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan di masa depan, mungkin ketika saya sedikit lebih tua," ujar Pieterse kepada awak media di Alpe d’Huez.
Kedatangan Pieterse di Tour de France Femmes menjadi penanda perjalanan kariernya yang luar biasa. Sebelumnya, ia telah mengukir prestasi di ajang Olimpiade, meskipun hanya finis di peringkat keempat pada nomor mountain bike akibat masalah ban kempes.
Di cyclocross, Pieterse telah meraih gelar juara dunia U-23 pada 2022, serta medali perak dan perunggu di kategori elite pada 2023 dan 2024. Ia juga menjuarai tujuh Piala Dunia pada dua musim terakhir.
Di mountain biking lintas alam, Pieterse mengamankan gelar juara dunia elite pertamanya di Vallnord, Andorra, pada September lalu. Ia juga memenangi empat Piala Dunia pada dua musim sebelumnya.
Tak hanya itu, Pieterse juga menambah portofolionya dengan berkompetisi di Kejuaraan Dunia Balap Jalan, di mana ia merebut gelar juara U-23. Di Kejuaraan Dunia Gravel UCI, ia finis di urutan keempat.
Ketika ditanya apakah ia harus memilih antara mountain biking, cyclocross, dan road race di masa depan, Pieterse menjawab bahwa ia akan terus berkompetisi di semua disiplin. Ia membuktikan bahwa dengan manajemen waktu yang baik, ia bisa meraih kesuksesan di semua cabang tersebut.
"Saya berhasil meraih podium di dua balapan klasik musim semi Ronde van Drenthe dan Trofeo Alfredo Binda," kata Pieterse. "Kemudian, saya menang etape dan gelar pembalap muda terbaik di Tour de France Femmes, serta juara dunia U-23 di Zurich."
Pieterse mengaku bahwa tampil di Tour de France Femmes adalah keputusan yang dibuat di menit-menit terakhir. Ia tidak mengharapkan kesuksesan yang diraih, tetapi ia merasa siap untuk debutnya.
"Saya tahu kaus putih bisa diraih, tetapi Shirin van Anrooij akan menjadi pesaing terberat, bersama dengan Fem van Empel. Saya tidak menyangka semuanya berjalan lancar," ungkapnya.
"Saya meraih kemenangan etape, kemenangan pertama di balap jalan, dan kemenangan pertama di WorldTour. Itu adalah sesuatu yang tidak saya duga sama sekali."
Pieterse juga memuji penampilan rekan setimnya di Fenix-Deceuninck, Pauliena Rooijakkers, yang meraih posisi ketiga secara keseluruhan di Alpe d’Huez. Ia berharap bisa mengikuti jejak Rooijakkers dalam menaklukkan tanjakan-tanjakan curam di masa mendatang.
Saat ditanya apakah ia memikirkan untuk menukarkan kaus putih dengan kaus kuning di edisi Tour de France Femmes mendatang, Pieterse menjawab, "Tentu saja, Anda harus bermimpi besar."