Pada etape ke-15 Giro d’Italia, Nairo Quintana memberikan perlawanan sengit, tetapi takluk di tangan Tadej Pogačar di tanjakan Mottolino yang menyiksa. Quintana memulai pelarian sejak awal, namun usaha kerasnya tak cukup untuk menahan serbuan Pogačar yang tak terhindarkan.
Walau hanya finis kedua dengan selisih 29 detik, Quintana menunjukkan ketangguhannya setelah absen sepanjang tahun lalu akibat kasus doping. Kemenangan Pogačar semakin mengukuhkan dominasinya di Giro tahun ini, sementara Quintana membuktikan bahwa semangat juang masih membara meski tak lagi muda.
Quintana mengungkapkan rasa emosionalnya setelah garis finis, "Sulit rasanya finis di urutan kedua, tapi Pogačar sangat kuat. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, dan akan terus berjuang ke depannya."
Kehadiran Quintana di Giro d’Italia membawa perubahan bagi tim Movistar yang sempat terpuruk. Meskipun awal musimnya terhambat oleh Covid-19 dan cedera, Quintana tetap menjadi bintang yang diharapkan mampu mendongkrak performa tim.
"Saya sangat senang bisa kembali bersama Movistar," ujar Quintana. "Saya berterima kasih atas kesempatan dan dukungan yang diberikan oleh tim."
Sementara itu, Pogačar memberikan penghormatan kepada Quintana yang pernah menjadi idolanya. "Saya dulu selalu kesal dengan Nairo karena tidak menyerang lebih awal dan mencoba memisahkan diri dari Froome. Dia selalu menunggu saat-saat terakhir."
Pada pertempuran di Pegunungan Alpen, Quintana memang melancarkan serangan lebih awal, tetapi kekuatan Pogačar yang luar biasa menguburnya. Quintana mengakui keunggulan Pogačar, "Dia sangat kuat dan mampu memenangkan apa pun yang diinginkannya."
Meski tak meraih kemenangan di etape ke-15, penampilan Quintana menunjukkan bahwa ia masih memiliki gairah untuk bersepeda. Penulis Giro d’Italia tahun 2014 ini membuktikan bahwa usia hanyalah angka, dan ia siap memberikan perlawanan sengit di etape-etape selanjutnya.