Simon Yates, pembalap sepeda profesional berusia 32 tahun, baru-baru ini mengungkapkan bahwa ia rela memotong gajinya demi bergabung dengan Visma-Lease a Bike. Tim barunya tersebut merupakan salah satu tim super di dunia balap sepeda.
Keputusan Yates ini mengejutkan banyak pihak, mengingat ia sudah mengabdi selama 11 tahun di Jayco-AlUla, yang merupakan tim Austalia. Namun, Yates merasa tak ingin melewatkan kesempatan bergabung dengan tim super tersebut di masa senja kariernya.
"Ketika pengumuman itu dibuat, saya melihat banyak komentar yang mengatakan seharusnya ada batasan anggaran [gaji]," kata Yates kepada media menjelang Grand Prix Cycliste de Québec.
"Tapi saya potong gaji untuk pergi ke Visma. Jadi, saya secara aktif ingin pergi ke sana juga, karena saya ingin menjadi bagian dari tim terbaik."
Yates bergabung dengan Visma dengan kontrak berdurasi dua tahun. Ia membela keputusannya bergabung dengan tim besar setelah sempat dikritik karena konsentrasi talenta teratas pada beberapa tim tertentu.
"Saya pikir Anda harus memikirkannya dari perspektif pembalap dan ingin mendapatkan yang terbaik dari dirinya sendiri. Saya telah memiliki 11 tahun kesempatan untuk melakukan hal sendiri di tim ini dan saya tidak berpikir ada yang salah jika ingin bergabung dengan salah satu tim ini," kata Yates.
"Ini peluang yang menarik dan saya pikir inilah saat yang tepat untuk membuat perubahan. Saya tidak lagi muda. Tapi saya masih punya motivasi. Saya masih punya semangat kuat di kaki. Jika saya menundanya, Anda mulai benar-benar menurun, jadi sekaranglah waktunya untuk berubah."
Keputusan Yates ini mengikuti jejak saudaranya kembar, Adam Yates, yang pindah dari Ineos Grenadiers ke UAE Team Emirates pada 2023. Adam menemukan performa terbaik dalam kariernya sejak bergabung dengan tim Emirati, meraih podium di Tour de France 2023 di belakang rekan setimnya Tadej Pogačar dan meraih 11 kemenangan selama dua musim, tujuh kemenangan lebih banyak dari yang diraihnya selama dua tahun di tim Inggris tersebut.
"Tentu saja, dia berubah dengan sangat baik di sana ketika dia meninggalkan Ineos. Jadi saya tidak akan mengatakan itu adalah inspirasi saya, tapi itu memberi saya kepercayaan terhadap keputusan saya bahwa itu akan menjadi keputusan yang baik," kata Yates.
Yates mengungkapkan bahwa ia telah berkonsultasi dengan saudaranya sebelum mengambil keputusan tersebut. "Kami dekat. Kami mendiskusikan hampir semuanya bersama. Dan dia memiliki pendapat yang sama dengan apa yang saya katakan kepada kalian, bahwa mungkin perubahan akan menjadi baik."
Meskipun Yates kemungkinan akan berperan sebagai super domestique di Tour de France, seperti yang dilakukan Adam, ia mengungkapkan bahwa ia bergabung untuk "peran terbuka" dengan kesempatan untuk membalap demi ambisinya sendiri serta ambisi bintang besar tim seperti Jonas Vingegaard.
Yates mengakui bahwa ia mengalami tahun yang berat karena dihantui cedera dan penyakit, termasuk terjangkit COVID-19 di Tour de France dan hanya meraih satu kemenangan di AlUla Tour. Namun, petualangan barunya bersama Visma menawarkan peluang tak hanya dalam peran pendukung yang baru, tetapi juga berpotensi dengan performa tingkat atas yang baru, seperti yang telah terjadi pada banyak rekrutan terbaru mereka yang mendapat manfaat dari bergabung dengan banyak talenta di tim Belanda tersebut.