Pada etape kedua Tour de France, Tadej Pogačar gagal mengungguli Jonas Vingegaard dalam serangan yang diharapkan di tanjakan San Luca. Bahkan, ia disusul oleh Remco Evenepoel dan Richard Carapaz.
Kekalahan Pogačar mengecewakan para pembalap lain yang kehilangan waktu. Meski tak jauh dari Pogačar, waktu yang terbuang pada tanjakan San Luca dan turunan cepat menuju Bologna sulit dikejar.
Pogačar tetap memimpin Tour de France, namun Evenepoel, Vingegaard, dan Carapaz berada di waktu yang sama, dengan posisi GC ditentukan oleh hasil etape mereka pada akhir pekan pembuka.
Primož Roglič adalah satu-satunya dari ‘Empat Besar’ penantang GC yang kehilangan waktu, finis 21 detik di belakang kelompok Pogačar, Vingegaard, Evenepoel, dan Carapaz. Ia menyatakan kekecewaannya sebelum menuju bus tim.
Jai Hindley dan Aleksandr Vlasov menemani Roglič, tapi tak mampu mengurangi jarak di bawah 21 detik. Hindley menjelaskan bahwa Roglič masih dalam kondisi baik meski menghadapi tantangan.
Romain Bardet yang memenangi etape pertama kehilangan lebih dari sedetik. Ia mengungkapkan kesedihan dan emosi di Bologna setelah kepemimpinannya dalam kaus kuning hanya bertahan 24 jam.
Tiga pembalap Ineos Grenadiers, Tom Pidcock, Carlos Rodriguez, dan Egan Bernal, finis di grup pengejar GC tanpa mengetahui siapa yang akan menjadi pemimpin tim dan siapa yang akan menjadi domestique. Geraint Thomas tampaknya telah keluar dari persaingan setelah tertinggal jauh di tanjakan San Luca dan kehilangan 6:45.
Direktur olahraga Ineos Grenadiers, Zak Dempster, berusaha melihat sisi positifnya. Ia mengutarakan bahwa 21 detik tidaklah terlalu buruk pada tahap ini, meski berharap ada yang finis di depan.
Menurut Dempster, konsistensi adalah yang terpenting, karena beberapa momen krusial perlu dimanfaatkan. Ia juga menganggap kekalahan Thomas tidak mengubah strategi tim, dengan banyak pembalap yang masih dekat di GC. Ia juga percaya kekacauan dapat terjadi dan segala sesuatu bisa berubah.
