Timnas Inggris berhasil mengukir prestasi gemilang di Tour of Britain Women hari kedua berturut-turut. Lizzie Deignan mempertahankan jersi biru klasifikasi gunung, sementara Anna Henderson mencuri perhatian di Horseshoe Pass.
Henderson menjadi satu-satunya pembalap yang mampu mengimbangi serangan Lotte Kopecky (SD Worx-Protime), sehingga finis di posisi kedua dan naik ke peringkat kedua klasemen keseluruhan. Raihan ini semakin istimewa karena merupakan balapan pertama Henderson sejak mengalami patah tulang selangka di Vuelta Femenina April lalu.
"Saya sangat bahagia, tapi juga agak kecewa. Saya senang bisa bersaing dengan Lotte dan menyamai kemampuan fisiknya saat menanjak. Namun, selisih waktu yang tipis dari kemenangan membuat saya kecewa," ujar Henderson, 25 tahun.
Sementara itu, Deignan mengambil poin di tanjakan pertama, Eyton Hill, dan Horseshoe Pass, di mana ia menempati posisi ketiga, 15 detik di belakang Kopecky dan Henderson. Pembalap berusia 35 tahun itu memperpanjang keunggulannya dalam klasifikasi QOM menjadi 10 poin atas Kopecky dan Henderson, serta 11 poin atas Heidi Franz (Lifeplus-Wahoo).
"Kami tahu akan ada dua tanjakan sulit hari ini, dan saya tahu ada peluang besar bagi saya untuk mempertahankan jersi ini. Jadi saya pikir, ‘sudah saya dapatkan, mari kita pertahankan’," ujar Deignan santai usai balapan.
Di pertengahan balapan kandang mereka, timnas Inggris kini menempati posisi kedua dan kelima dalam klasifikasi umum, serta memegang jersi QOM. Namun, ambisi terbesar mereka adalah memenangi satu etape.
"Saya yakin kami bisa (memenangkan etape). Kami memiliki banyak kekuatan dalam tim, dan itu adalah ambisi besar bagi kami untuk menang satu etape," kata Henderson optimistis.
Etappe ke-3 pada hari Sabtu dengan titik start dan finis di Warrington akan menjadi kesempatan berikutnya bagi mereka, meskipun dihadapkan dengan tim SD Worx-Protime bertabur bintang.
"Saya pikir besok akan menjadi sprint, dan saya perkirakan Lotte yang nyaman memimpin akan menurunkan Wiebes untuk sprint. Maksud saya, dia adalah yang tercepat di dunia, dan terserah sisanya untuk mencoba menggagalkan rencana itu," ujar Deignan.