Aturan yang dibuat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan tajuk "Menjaga Pria Keluar dari Olahraga Wanita" telah menjadi sorotan. Kebijakan ini bertujuan melarang individu yang ditugaskan sebagai laki-laki saat lahir untuk berpartisipasi dalam olahraga perempuan.
Para pendukung kebijakan ini berdalih tentang perlunya menjaga keadilan dalam olahraga perempuan. Salah satunya, Inga Thompson, mantan pesepeda Olimpiade, memuji Trump karena "menyelamatkan olahraga perempuan."
Namun, Austin Killips, pesepeda transgender asal Amerika, mempertanyakan komitmen Trump terhadap olahraga perempuan. Ia menilai kebijakan tersebut hanya menjadikan atlet trans sebagai kambing hitam demi keuntungan politik, sementara tidak ada upaya nyata untuk mendukung perempuan dalam olahraga.
Killips, yang menorehkan prestasi di ajang balap sepeda, menuding bahwa kebijakan Trump justru menghambat perkembangan olahraga perempuan. Ia menyoroti kondisi buruk olahraga bersepeda perempuan, di mana banyak lomba dihapus dari kalender dan tim profesional terpaksa tutup.
"Mereka mencari kambing hitam, dan yang mereka lakukan hanyalah memperkaya diri dengan tur ceramah berbiaya tinggi, sekaligus mengabaikan kebutuhan para atlet," kritik Killips pedas.
Alih-alih menciptakan peluang bagi atlet perempuan, retorika anti-transgender hanya berfokus pada pengecualian. Killips memperingatkan bahwa tekanan politik untuk melarang atlet transgender merupakan bagian dari pola yang lebih luas, yaitu mengabaikan olahraga perempuan.
"Anda perlu bertanya pada diri sendiri mengapa, di tengah penghematan yang meluas, orang-orang terkaya dan paling berpengaruh menciptakan gerakan yang berujung pada ini: perintah eksekutif yang memungkinkan pemotongan dana untuk perempuan dalam olahraga," tegasnya.
Intinya, Killips menyerukan perhatian terhadap arah kebijakan yang mengorbankan kepentingan perempuan dalam olahraga. Ia mengajak para pemangku kepentingan untuk mempertanyakan di mana energi politik dan pendanaan sebenarnya dialokasikan, bukan sekadar mengikuti jargon keadilan yang semu.