Beranda Berita Unbound Gravel 2024: Pertempuran Epik di Landskap Kasar

Unbound Gravel 2024: Pertempuran Epik di Landskap Kasar

83
0

Unbound Gravel, ajang balap sepeda yang terkenal di dunia, kembali digelar di Emporia, Kansas, pada tahun 2024. Persaingan sengit terjadi di antara para pesepeda elite yang mempertaruhkan ketahanan, ketangguhan, dan peralatan mereka pada medan yang menantang.

Medan yang Tak Mengenal Ampun

Unbound Gravel menyuguhkan jarak tempuh 203 mil, permukaan berbatu yang merusak ban, elevasi yang mencapai 11.850 kaki, dan medan bergelombang. Para pesepeda dituntut memiliki keterampilan mekanik yang memadai untuk mengatasi masalah di sepanjang jalur, serta membawa cukup air dan makanan untuk bertahan hingga 80 mil setiap kali.

Cuaca pun menjadi faktor yang krusial. Dari panas yang tak terduga hingga angin kencang dan lumpur yang menghancurkan sepeda, elemen di Kansas yang terpencil dapat menjadi musuh terbesar seorang pesepeda.

Persaingan Ketat

Meski kondisi yang sulit, persaingan pada edisi 2024 terbilang sangat ketat. Acara ini mencatat jumlah peserta terbanyak, yakni 5.000 orang, dengan 28 negara terwakili. Para pesepeda elite hadir, termasuk juara Olimpiade dan Paris-Roubaix, pemenang etape Tour de France, dan mantan serta current pro WorldTour.

Peter Stetina, mantan pro WorldTour asal Amerika, berkomentar, "Banyak pro WorldTour yang datang dengan harapan untuk mendominasi, tetapi mereka justru mengalami masalah mekanis atau performa mereka tidak sesuai harapan."

Tantangan yang Unik

Menurut Greg van Avermaet, juara Olimpiade dan Roubaix, balap gravel di medan seperti Unbound adalah pengalaman yang sangat berbeda. "Ini bukan seperti peloton biasa di mana Anda bisa drafting. Anda harus waspada terhadap tusukan ban, tabrakan, dan ini sangat menguras mental," ungkapnya.

Matej Mohorič, juara dunia gravel, bernasib lebih buruk karena flat ban dan retak pada pelek, sehingga memutuskan untuk mundur. Ia berujar, "Kami akan tetap pada balap jalan raya saja."

Ketahanan Mental dan Fisik

Para pesepeda yang finis terlihat letih dan terpana. Mereka ambruk ke trotoar dalam kondisi berlumuran keringat dan debu. Thijs Zonneveld, pesepeda profesional Belanda, menggambarkan kesulitannya, "Anda merasa seperti telah menyelesaikan tiga balapan biasa, tetapi kemudian menyadari masih ada 100 kilometer lagi. Secara fisik dan mental, ini sangat berat."

Sementara itu, Tobias Mørch Kongstad, pesepeda Denmark yang finis ketiga, mengaku senang bisa menyelesaikan balapan yang melelahkan ini. "Ini tanpa henti karena Anda selalu mengayuh. Tidak ada waktu istirahat yang panjang. Ini benar-benar menguras Anda."

Dalam kategori elite putri, Danni Shrosbree dari Inggris menyoroti keunikan Unbound. "Tidak ada balapan lain yang seperti ini. Kerikilnya yang tajam sangat menguras tenaga. Ini menjadi perang gesekan yang sesungguhnya."

Geerike Schreurs dari Belanda, yang finis kedua, mengakui bahwa balapan itu memang sulit, tetapi bukan hanya karena medannya saja. "Ini lebih pada perlombaannya sendiri. Para elite putri menampilkan balapan yang luar biasa."

Unbound Gravel 2024 terbukti menjadi pertempuran epik di landskap yang kasar. Balapan ini menuntut ketahanan fisik dan mental yang luar biasa, serta keterampilan mekanik. Bagi para pesepeda yang menaklukkan medan yang menantang ini, pengalaman Unbound akan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini